Bismillahirrahmannirrahim,
Beranda ini milik
seorang blogger bernama pena Alchemist. Bukan hanya terinspirasi dari sebuah
novel berjudul the Alchemist karya Paulo Coelho, namun juga pemilik blog ini
memang seorang Chemist yg
bekerja di salah
satu laboratorium pemerintah yang membidangi tentang toksikologi dan
biomonitoring. Pernah menjadi trainer thibbun nabawy yang kemudian juga
pernah menjadi anggota dari tim konsultan medis di sebuah perusahaan herba.
Ide penulisan
blog ini berawal dari berawal dari rasa cinta saya dengan dunia herba dan
ilmu pengobatan nabi. Namun dalam perjalanannya saya menemukan banyak pertanyaan
yang tidak terjawab tentang korelasi thibbun nabawy dan kedokteran modern. Ditambah dengan munculnya sejumlah isu isu
tentang kesehatan yang menurut
saya adalah aneh dan dinilai kurang logis.
Kemudian saya melakukan
“hibernasi” dari dunia per thibbun nabawy –an hampir selama dua tahun lamanya,
Dalam proses “ hibernasi “ ini lah pada akhirnya saya justru mendapatkan
berbagai pencerahan baru.
Dimulai dari
ketika tiba tiba saya menemukan tulisan dari MUI tentang aktivis antivaksin
yang salah mengutip dalil, pada akhirnya kata kunci “ salah mengutip dalil “
ini menjadi pembuka dari semua pertanyaan pertanyaan berikutnya yang ada dalam benak saya.
Kemudian saya mengumpulkan
pendapat dari beberapa aktivis thibbun nabawy yang memang berlatar belakang
medis mengenai isu isu yang ada di seputar aktivis thibbun nabawy terutama
tentang vaksin. Yang pada akhirnya saya
menemukan kesimpulan bahwa tidak semua aktivis thibbun nabawy itu memiliki
pandangan yang sama..khusus mengenai vaksin terjadi pro kontra yang sangat
mendasar dan anehnya ketika saya lontarkan pertanyaan yang lebih spesifik,
dokter dokter yang anti terhadap vaksin cenderung menghindar dari pertanyaan
pertanyaan saya.
Seorang teman
pada akhirnya mencemplungkan saya di grup bernama GESAMUN (Gerakan Sadar
Imunisasi) . Hampir setahun saya mengikuti perdebatan prokontra diantara anggota
anggotanya. Dan pada akhirnya saya menemukan berbagai kesimpulan kesimpulan
baru. Bahwa ternyata memang banyak sekali cara pandang aktivis thibbun nabawy
yang juga rata rata anti terhadap vaksin, yang harus dibenahi.
Dengan berbekal
bismillahirrahmanirrahim...saya mencoba untuk merekonstruksi ulang cara pandang
saya terhadap thibbun nabawy dan mencoba untuk kembali membangun pemikiran
pemikiran tentang thibbun nabawy dengan pemahaman yang lebih logis dan memiliki
hujjah yang jelas.
Prinsip saya adalah, " KITA TIDAK AKAN PERNAH MENGETAHUI KESALAHAN DARI GURU KITA SEBELUM KITA BELAJAR DARI GURU GURU YANG LAIN "
- Rekonstruksi pertama adalah dengan merombak cara pikir tentang ilmu ilmu HOAX yang sering beredar dikalangan aktivis thibbun nabawy dan mencoba menemukan kebenaran dari isu isu tersebut.
- Rekonstruksi kedua adalah mencoba mempelajari ilmu vaksin ditinjau dari sisi syariat, sejarah, manfaat sampai cara kerjanya didalam tubuh.
- Rekonstruksi ketiga adalah meluruskan kesalah pahaman aktivis thibbun nabawy tentang dunia herba dan pengobatan
- Rekonstruksi yang terkahir adalah menata ulang pemahaman yang salah tentang thibbun nabawy dan membawa thibbun nabawy dalam jalur berfikir yang lebih logis. Disini saya mempelajari tentang sejarah dan korelasi perkembangan ilmu pengobatan dari jaman dulu sampai jaman sekarang.
Dari pencarian
itu saya mendapatkan kesimpulan bahwa Thibbun nabawy sebetulnya hanyalah bagian
kecil dari rangkaian sejarah ilmu kedokteran klasik yang pernah berkembang
selama dua milenium lamanya. Disebut at thibbun nabawy adalah karena Rasulullah
menyebutnya didalam hadits. Namun bukan berarti itu harus menjadi bagian
daripada syariat. Karena tidak ada satu nash pun yang menyatakan Rasulullah
melarang perkembangan ilmu kedokteran modern apalagi yang berasal dari yunani
dan romawi. Bahkan hadits hadits Rasul pun banyak memiliki kemiripan dengan ilmu
kedokteran klasik. Dan sepanjang yang
saya paham, bahkan sahabat Rasul tidak memakzulkan beliau sebagai ahli dalam
bidang pengobatan.
“Sungguh aku telah bertemu dengan Aisyah, maka aku tidak mendapatkan seorangpun yang lebih pintar darinya tentang Al Qur’an, hal-hal yang fardhu, sunnah, sya’ir, yang paling banyak meriwayatkan, sejarah Arab, ilmu nasab, ilmu ini, ilmu itu dan ilmu qhadi dan ilmu kedokteran, maka aku bertanya kepada beliau, “Wahai bibi, kepada siapa anda belajar tentang ilmu kedokteran?” Maka beliau menjawab, “Tatkala aku sakit, maka aku perhatikan gejala-gejalanya dan aku mendengar dari orang-orang menceritakan perihal sakitnya, kemudian aku menghafalnya.” ( Hilyatul Auliya’ 2/49)
Suatu saat Hisyam bin Urwah berkata kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha,
“Wahai ibu (ummul mukminin), saya tidak heran/takjub engkau pintar ilmu fiqh karena engkau adalah Istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan anak Abu Bakar. Saya juga tidak heran/takjub engkau ointar ilmu Sya’ir dan sejarah manusia (Arab) karena engkau adalah anak Abu Bakar dan Abu bakar adalah manusia yang paling pandai (mengenai sya’ir dan sejarah Arab). Akan tetapi saya heran/takjub engkau pintar ilmu kedokteran, bagaimana dan darimana engkau mempelajarinya?
Kemudian ia memegang kedua pundakku dan berkata,
Setiap utusan kabilah yang datang dari berbagai penjuru yang datang untuk mengobati sakit Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada akhir hayatnya, maka aku mengamati/pelajari dari mereka dan aku mengobati dengan ilmu dari sana.” (Hilyatul Auliya’ 2/50)
Wal hasil mudah
mudahan dari berbagai tulisan yang saya tulis dan saya kumpulkan ini mudah
mudahan menjadi pencerahan bagi kita semua agar lebih kritis dalam menyikapi
semua informasi yang masuk.
saran dan kritik silahkan email ke alchemist.isra@gmail.com
Wassalamu'alaikum wr. wb
1 komentar:
subhanallahul kariiim...
Posting Komentar