JUNDISAFUR adalah sebuah kota di daerah Persia yang menjadi pusat
integrasi berbagai macam ilmu pengetahuan antara daerah yunani, romawi
dengan negeri negeri arab.
Disini lah kiranya ilmu pengobatan Arab klasik itu lahir walau saat itu belum berkembang pesat karena kendala bahasa, tapi pengaruh ilmu pengetahuan dari daerah ini cukup mewarnai dunia pengobatan klasik di negeri arab. Terbukti dari banyaknya tabib tabib dari yunani dan romawi yang datang ke negeri arab untuk berpraktik dan banyak pula tabib tabib arab yang mengunjungi negeri negeri lain semisal Junsdisapur untuk belajar tentang pengobatan.
Bahkan kalau kita jeli, rupanya banyak pula hadits Rasulullah SAW bidang pengobatan yang memiliki kemiripan dengan teknik pengobatan yunani dan romawi. Diceritakan dalam hadits bahwa Rasulullah sangat terbuka dengan pengobatan dari luar seperti india, sumeria, yunani, romawi.
“Aku pada mulanya berhasrat mencegah wanita hamil untuk menyusui anaknya hinggalah diberitahu kepadaku bahwa orang-orang Romawi dan Persia melakukannya dan tidak ada hal yang membahayakan pada anak-anak mereka (maka aku tidak jadi mencegahnya)” (HR Imam Muslim dari Judamah binti Wahab al-Asadiyyah r.a.).
Bahkan istri Rasulullah Saw sendiri yaitu Aisyah ra mengakui bahwa keahliannya dalam bidang pengobatan didapatkan dari tabib tabib dari berbagai bangsa.
Suatu saat Hisyam bin Urwah berkata kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha,
“Wahai ibu (ummul mukminin), saya tidak heran/takjub engkau pintar ilmu fiqh karena engkau adalah Istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan anak Abu Bakar. Saya juga tidak heran/takjub engkau ointar ilmu Sya’ir dan sejarah manusia (Arab) karena engkau adalah anak Abu Bakar dan Abu bakar adalah manusia yang paling pandai (mengenai sya’ir dan sejarah Arab). Akan tetapi saya heran/takjub engkau pintar ilmu kedokteran, bagaimana dan darimana engkau mempelajarinya?
Kemudian ia memegang kedua pundakku dan berkata,
Setiap utusan kabilah yang datang dari berbagai penjuru (arab dan non arab) yang datang untuk mengobati sakit Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada akhir hayatnya, maka aku mengamati/pelajari dari mereka dan aku mengobati dengan ilmu dari sana.” (Hilyatul Auliya’ 2/50)
Kelak sesudah jaman Daulah Abbasyah barulah pengetahuan mengenai kedokteran klasik ini semakin dikembangkan. Pada masa ini pusat pembelajaran berpindah dari Jundisapur ke Baghdad dan banyak sekali karya karya pengetahuan Yunani dan Romawi diterjemahkan dalam bahasa Arab. Dan masa ini bisa dikatakan sebagai masa awal kegemilangan ummat Islam dalam bidang pengetahuan.
Tercatat dalam sejarah, seorang Arab bernama al Harits bin Kaldah (wafat 635 M) hidup semasa rasul. Beliau adalah dokter arab yang baru menjadi muslim saat memasuki usia lanjut.
Beliau adalah orang yang ikut makan bersama Khalifah Abu Bakar ketika mereka berdua diracuni melalui daging khazirah (daging yang diberi tepung dan dimasak) yang dihadiahkan kepada Abu Bakar r.a.
Sebagaimana yang bisa kita baca dalam kitab tarikh al-Khulafa’ (1/74, MS) karangan Imam as-Suyuthi dan tarikh ath-Thabari.
As-Suyuthi berkata, “Ibnu Sa’ad dan al-Hakim meriwayatkan dengan sanad shahih dari Ibnu Syihab bahwa Abu Bakar dan al-Harits bin Kaladah makan makanan yang dihadiahkan kepada Abu Bakar. al-Harits berkata: Angkat tanganmu wahai khalifah Rasulullah. Demi Allah di makanan ini ada racun yang membunuh dalam setahun. Saya dan Anda akan mati pada satu hari yang sama.
Abu Bakar berhenti memakannya. Keduanya terus sakit hingga meninggal pada satu hari yang sama dengan berakhirnya hitungan satu tahun.”
Disini lah kiranya ilmu pengobatan Arab klasik itu lahir walau saat itu belum berkembang pesat karena kendala bahasa, tapi pengaruh ilmu pengetahuan dari daerah ini cukup mewarnai dunia pengobatan klasik di negeri arab. Terbukti dari banyaknya tabib tabib dari yunani dan romawi yang datang ke negeri arab untuk berpraktik dan banyak pula tabib tabib arab yang mengunjungi negeri negeri lain semisal Junsdisapur untuk belajar tentang pengobatan.
Bahkan kalau kita jeli, rupanya banyak pula hadits Rasulullah SAW bidang pengobatan yang memiliki kemiripan dengan teknik pengobatan yunani dan romawi. Diceritakan dalam hadits bahwa Rasulullah sangat terbuka dengan pengobatan dari luar seperti india, sumeria, yunani, romawi.
“Aku pada mulanya berhasrat mencegah wanita hamil untuk menyusui anaknya hinggalah diberitahu kepadaku bahwa orang-orang Romawi dan Persia melakukannya dan tidak ada hal yang membahayakan pada anak-anak mereka (maka aku tidak jadi mencegahnya)” (HR Imam Muslim dari Judamah binti Wahab al-Asadiyyah r.a.).
Bahkan istri Rasulullah Saw sendiri yaitu Aisyah ra mengakui bahwa keahliannya dalam bidang pengobatan didapatkan dari tabib tabib dari berbagai bangsa.
Suatu saat Hisyam bin Urwah berkata kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha,
“Wahai ibu (ummul mukminin), saya tidak heran/takjub engkau pintar ilmu fiqh karena engkau adalah Istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan anak Abu Bakar. Saya juga tidak heran/takjub engkau ointar ilmu Sya’ir dan sejarah manusia (Arab) karena engkau adalah anak Abu Bakar dan Abu bakar adalah manusia yang paling pandai (mengenai sya’ir dan sejarah Arab). Akan tetapi saya heran/takjub engkau pintar ilmu kedokteran, bagaimana dan darimana engkau mempelajarinya?
Kemudian ia memegang kedua pundakku dan berkata,
Setiap utusan kabilah yang datang dari berbagai penjuru (arab dan non arab) yang datang untuk mengobati sakit Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada akhir hayatnya, maka aku mengamati/pelajari dari mereka dan aku mengobati dengan ilmu dari sana.” (Hilyatul Auliya’ 2/50)
Kelak sesudah jaman Daulah Abbasyah barulah pengetahuan mengenai kedokteran klasik ini semakin dikembangkan. Pada masa ini pusat pembelajaran berpindah dari Jundisapur ke Baghdad dan banyak sekali karya karya pengetahuan Yunani dan Romawi diterjemahkan dalam bahasa Arab. Dan masa ini bisa dikatakan sebagai masa awal kegemilangan ummat Islam dalam bidang pengetahuan.
Tercatat dalam sejarah, seorang Arab bernama al Harits bin Kaldah (wafat 635 M) hidup semasa rasul. Beliau adalah dokter arab yang baru menjadi muslim saat memasuki usia lanjut.
Beliau adalah orang yang ikut makan bersama Khalifah Abu Bakar ketika mereka berdua diracuni melalui daging khazirah (daging yang diberi tepung dan dimasak) yang dihadiahkan kepada Abu Bakar r.a.
Sebagaimana yang bisa kita baca dalam kitab tarikh al-Khulafa’ (1/74, MS) karangan Imam as-Suyuthi dan tarikh ath-Thabari.
As-Suyuthi berkata, “Ibnu Sa’ad dan al-Hakim meriwayatkan dengan sanad shahih dari Ibnu Syihab bahwa Abu Bakar dan al-Harits bin Kaladah makan makanan yang dihadiahkan kepada Abu Bakar. al-Harits berkata: Angkat tanganmu wahai khalifah Rasulullah. Demi Allah di makanan ini ada racun yang membunuh dalam setahun. Saya dan Anda akan mati pada satu hari yang sama.
Abu Bakar berhenti memakannya. Keduanya terus sakit hingga meninggal pada satu hari yang sama dengan berakhirnya hitungan satu tahun.”
Al Harits bin Kaladah mempelajari ilmu pengobatan dari jundisapur, kelak kemudian menjadi
salah satu rujukan Rasulullah SAW dan para sahabat dalam hal pengobatan.
عَلَى فُؤَادِي فَقَالَ:
«إِنَّكَ رَجُلٌ مَفْئُودٌ، ائْتِ الْحَارِثَ بْنَ كَلَدَةَ أَخَا ثَقِيفٍ فَإِنَّهُ رَجُلٌ يَتَطَبَّبُ فَلْيَأْخُذْ سَبْعَ تَمَرَاتٍ مِنْ عَجْوَةِ الْمَدِينَةِ فَلْيَجَأْهُنَّ بِنَوَاهُنَّ ثُمَّ لِيَلُدَّكَ بِهِنَّ
Dari Sahabat Sa’ad bin abi waqas mengisahkan, pada suatu hari aku menderita sakit, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku, beliau meletakkan tangannya di antara kedua putingku, sampai-sampai jantungku merasakan sejuknya tangan beliau. Kemudian beliau bersabda, ‘Sesungguhnya engkau menderita penyakit jantung, temuilah Al-Harits bin Kalidah dari Bani Tsaqif, karena sesungguhnya ia adalah seorang tabib. Dan hendaknya dia [Al-Harits bin Kaladah] mengambil tujuh buah kurma ajwah, kemudian ditumbuk beserta biji-bijinya, kemudian meminumkanmu dengannya.” [HR. Abu Dawud no.2072]
«إِنَّكَ رَجُلٌ مَفْئُودٌ، ائْتِ الْحَارِثَ بْنَ كَلَدَةَ أَخَا ثَقِيفٍ فَإِنَّهُ رَجُلٌ يَتَطَبَّبُ فَلْيَأْخُذْ سَبْعَ تَمَرَاتٍ مِنْ عَجْوَةِ الْمَدِينَةِ فَلْيَجَأْهُنَّ بِنَوَاهُنَّ ثُمَّ لِيَلُدَّكَ بِهِنَّ
Dari Sahabat Sa’ad bin abi waqas mengisahkan, pada suatu hari aku menderita sakit, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku, beliau meletakkan tangannya di antara kedua putingku, sampai-sampai jantungku merasakan sejuknya tangan beliau. Kemudian beliau bersabda, ‘Sesungguhnya engkau menderita penyakit jantung, temuilah Al-Harits bin Kalidah dari Bani Tsaqif, karena sesungguhnya ia adalah seorang tabib. Dan hendaknya dia [Al-Harits bin Kaladah] mengambil tujuh buah kurma ajwah, kemudian ditumbuk beserta biji-bijinya, kemudian meminumkanmu dengannya.” [HR. Abu Dawud no.2072]
Dalam kisah selanjutnya,
Kemudian Al Harits memeriksa lelaki tersebut (Sa'ad bin abi waqas) dan berkata "Tak Berbahaya" . Masaklah Fariqah yakni hulbah yang di campur kurma masak yang dibuat gulai dan berikan kepadanya. Setelah Sa'ad memakan racikan itu ia pun sembuh.
Rasulullah saw kemudiannya bersabda :
” Gunakanlah Halba sebagai obat”
( Qamus Al-Tibb � Ahad Qodamah-Mesir)
Dalam hadits yang lain diceritakan
Kemudian Al Harits memeriksa lelaki tersebut (Sa'ad bin abi waqas) dan berkata "Tak Berbahaya" . Masaklah Fariqah yakni hulbah yang di campur kurma masak yang dibuat gulai dan berikan kepadanya. Setelah Sa'ad memakan racikan itu ia pun sembuh.
Rasulullah saw kemudiannya bersabda :
” Gunakanlah Halba sebagai obat”
( Qamus Al-Tibb � Ahad Qodamah-Mesir)
Dalam hadits yang lain diceritakan
oRasulullah SAW sendiri yang menggunakan besi panas terhadap Sa’ad bin Mu’adz dan beliau menasehatkan kepada Sa’ad bin Abi Waqash agar segera pergi ke dokter bangsa arab ternama yaitu Haris bin Kaldah. Lalu seorang Arab Badui bertanya kepada Rasulullah, ia berkata : ” Tidakkah kami (boleh) melakukan pengobatan ? Jawab Rasulullah : Ya, wahai hamba Allah, berobatlah! Karena Allah tidak menciptakan penyakit kecuali Dia telah menciptakan obatnya. Kecuali satu macam penyakit. Lalu ia berkata penyakit apa ya Rasulullah ?” Rasulullah berkata : menjadi tua (HR. At-Tirmidzi).
Kisah Kisah Al Hartis Bin Kaladah
Ada seorang laki laki kaya yang memiliki seorang putra yang sedang sakit. Lelah dia mencari pengobatan apa saja tapi tak kunjung putranya sembuh. Kemudian beliau memanggil al harits bin kaladah, seorang tabib mahsyur dari thaif.
Kemudian al Harits memeriksanya. Sesudah itu beliau keluar dan meminta kepada ayahnya untuk menyediakan nama nama gadis di kampung tersebut. Sang ayah pun mengusahakannya dan mengirimkan nama nama tersebut kepada al harits bin kaladah.
Al Harits bin Kaladah pun masuk kembali ke kamar putra dari lelaki aya tersebut dan membacakan nama nama gadis di dekatnya. Ketika tiba pada satu nama wajah anak ini berubah. Al harits bin Kaladahpun berhenti. Dia keluar dan berkata kepada sang ayah. "Cari anak ini dan kawinkan dengan anakmu. In shaa ALLAH dia akan sembuh.
Ayahnya pun mencari gadis yang dimaksud dan meminangnya untuk sang anak. Setelah mereka menikah anaknya pun sembuh
Ketika Al-Harits bin Kaladah pergi ke Persia (Iran sekarang), di sana ia bertemu dengan kepala negara Persia yang bernama Kaisar Anusyirwan. Pada saat Al-Harits tiba di istana sang Kaisar, di sana Al-Harits diberondong pertanyaan yang menyangkut masalah pengobatan, di antaranya sang Kaisar menanyakan tentang terapi bekam, obat-obatan dan lain sebagainya.
Ada seorang laki laki kaya yang memiliki seorang putra yang sedang sakit. Lelah dia mencari pengobatan apa saja tapi tak kunjung putranya sembuh. Kemudian beliau memanggil al harits bin kaladah, seorang tabib mahsyur dari thaif.
Kemudian al Harits memeriksanya. Sesudah itu beliau keluar dan meminta kepada ayahnya untuk menyediakan nama nama gadis di kampung tersebut. Sang ayah pun mengusahakannya dan mengirimkan nama nama tersebut kepada al harits bin kaladah.
Al Harits bin Kaladah pun masuk kembali ke kamar putra dari lelaki aya tersebut dan membacakan nama nama gadis di dekatnya. Ketika tiba pada satu nama wajah anak ini berubah. Al harits bin Kaladahpun berhenti. Dia keluar dan berkata kepada sang ayah. "Cari anak ini dan kawinkan dengan anakmu. In shaa ALLAH dia akan sembuh.
Ayahnya pun mencari gadis yang dimaksud dan meminangnya untuk sang anak. Setelah mereka menikah anaknya pun sembuh
Ketika Al-Harits bin Kaladah pergi ke Persia (Iran sekarang), di sana ia bertemu dengan kepala negara Persia yang bernama Kaisar Anusyirwan. Pada saat Al-Harits tiba di istana sang Kaisar, di sana Al-Harits diberondong pertanyaan yang menyangkut masalah pengobatan, di antaranya sang Kaisar menanyakan tentang terapi bekam, obat-obatan dan lain sebagainya.
- Raja : Siapa engkau?
- Al-Harits : Saya Al-Harits bin Kaldah Al Tsaqofiy.
- Raja : Apa profesimu?
- Al-Harits : Saya seorang dokter.
- Raja : Apakah kamu bangsa Arab?
- Al-Harits : Ya.
- Raja : Apa yang dapat diperbuat bangsa Arab dalam kedokteran, sementara mereka bangsa bodoh, akalnya lemah, dan buruknya makanan mereka?
- Al-Harits : Wahai raja, jika ini menjadi sifatnya, itu berarti mereka sangat membutuhkan orang yang bisa memperbaiki kebodohannya, memperbaiki akhlaknya, dan menyehatkan fisiknya, karena orang berakal mengetahui semua itu dari keadaan dirinya sendiri, dapat membedakan dengan keadaan dirinya, dan mereka senantiasa berhati-hati dari semua obat-obatan dengan cara mengindahkan dan memperbaiki pola dan tata cara hidup dirinya.
Ketika dialog sedang berlangsung, sang raja berdiri dan member
maklumat kepada seluruh hadirin. Kemudian berkata, “Sungguh saya saksi
dengan kekuatan nalar Al-Harits, dan kemuliaan kaumnya, kemuliaan
tuturnya, dan ucapannya yang jujur. Inilah nalar orang yang teruji
dengan bijak.” Lalu, ia memerintahkan Al-Harits untuk duduk. Setelah
duduk, raja kembali bertanya.
- Raja : Bagaimana engkau menjadi ahli di bidang kedokteran?
- Al-Harits : Larangan-larangan anda (tujuan dari larangan yang raja inginkan).
- Raja : Apa asal dan sumber kedokteran?
- Al-Harits : Al-Azm
- Raja : Apa itu al-Azm?
- Al-Harits : Kekuatan bibir dan kelembutan tangan (maksudnya, baik akhlak dan menghindari yang haram).
- Raja : Engkau benar. Lantas, apa obat orang pikun atau tua renta?
- Al-Harits : Memasukkan makanan ke dalam makanan yang menjadikan kebaikan berarti sia-sia dan membinasakan binatang buas yang berbahaya.
- Raja : Engkau benar. Lalu, batu apa yang dalam perut dapat mengacaukan, merusak sampai akar-akar.
- Al-Harits : Dyspepsia (buruk pencernaan) jika menetap di bagian dalam rongga perut maka ia dapat membunuh, dan jika dapat disingkirkan maka akan sakit.
- Raja : Engkau benar. Lalu, apa komentarmu tentang bekam?
- Al-Harits : Dapat meringankan kepucatan dan tetap ceria, dapat menahan dahaga, dan keringat badan yang baik, rasa gembira, dan menjauhkan dari kesedihan. (Ketika bulan sabit mulai berkurang (bentuknya mulai membundar), di hari yang cerah tidak berawan, hati sedang senang dan urat-urat sedang tenang karena engkau sedang bergembira dan tidak sedang gundah)
- Raja : Hal apa yang tidak masuk ke dalam WC?
- Al-Harits : Perut kenyang tidak memasuki WC.
- Raja : Apa pendapat kamu tentang obat?
- Al-Harits : Tinggalkan apa-apa yang bertentangan dengan kesehatan. (Jauhilah obat selama tubuhmu sedang sehat. Kalau engkau sedang sakit, maka cegahlah (obati) dengan sesuatu yang bisa mengalahkan (menyembuhkan) penyakitmu sebelum penyakitmu menjadi semakin parah. Karena tubuh manusia ibarat tanah. Ketika engkau urus, maka tanah tersebut akan subur dan ketika engkau lalaikan, maka tanah tersebut akan tandus.
- Raja : Apa komentarmu tentang minuman?
- Al-Harits : Jangan minum pada saat kamu sesak nafas, maka engkau akan pusing (Sakit kepala), dan akan menyebabkan berbagai penyakit. Minumlah minuman hangat, yang tidak panas dan tidak dingin. Makanlah makanan manis hangat, dan yang asam/ kecut dingin, makanan tidak dingin sedang, yang pedas-pedas hangat, makanan pahit, baik dingin maupun panas.
- Raja : Apakah kamu menganjurkan suntik atau injeksi (Maksudnya al-fashd, bukan suntik yang banyak dikenal saat ini)?
- Al-Harits : Ya, saya membaca dalam beberapa buku para ahli bahwa suntik membersihkan rongga perut, memusnahkan penyakit, dan yang ajaib adalah bagaimana bila orang tidak disuntik dan mengalami penyakit tua.
- Raja : Makanan dari jenis daging apa yang lebih baik?
- Al-Harits : Daging domba segar, sedangkan daging dendeng bergaram membinasakan.
- Raja : Apa pendapatmu tentang buah-buahan?
- Al-Harits : Makanlah buah-buahan segar, dan tidak busuk, tinggalkan jika sudah usang atau habis masa berlakunya, sebaik-baik buah adalah buah delima, buah utrujj (Semacam jeruk; Citron). Sebaik-baik bau segar sedap adalah bunga mawar dan bunga violet atau lavender (bunga warna merah lembayung). Sebaik-baik makanan sayuran, kacang-kacangan dan jamu adalah andewi (Hindiba), dan kol, kubis (lettuce).
- Raja : Apa pendapatmu tentang meminum air?
- Al-Harits : Air adalah kehidupan bagi tubuh. Tubuh kuat karena air. Air bermanfaat jika diminum sesuai kadar. Meminum selepas tidur membawa mudharat besar.
- Raja : tubuh ini terdiri dari berapa ciri?
- Al-Harits : Terdiri dari empat ciri, hitam pekat yang dingin (empedu hitam) , kuning pekat yang panas dan kering (empedu kuning), darah yang panas lembab, dan lendir yang dingin lembab.
- Raja : Mengapa tidak hanya satu ciri?
- Al-Harits : Jika diciptakan dengan satu ciri saja maka ia tidak butuh makan, tidak perlu minum, dan tidak pernah sakit serta tidak binasa.
- Raja : Lalu, apa itu kegairahan?
- Al-Harits : Memiliki tujuan dalam setiap perkara.
Ketika
beliau, Al Harits bin Kaladah mengalami sakaratul, manusia berkumpul di
sekelilingnya. Mereka berkata, "Perintahkanlah sesuatu kepada kami agar
kami bisa melakukannya sepeninggalmu." Dia
menjawab,
- Nikahilah wanita hanya yang muda saja,
- Makanlah buah-buahan hanya yang telah matang,
- Jangan berobat jika tubuh masih mampu menahan penyakit.
- Kalian harus membersihkan pencernaan setiap bulan (muntah dengan sengaja), karena hal itu bisa memperbaiki enzim, cepat menguraikan makanan, dan menumbuhkan daging.
- Jika salah seorang diantara kalian makan lalu ingin tidur, hendaknya menunggu satu jam setelah makan.
- Jika dia makan malam, hendaknya berjalan terlebih dahulu empat puluh langkah setelahnya.
Sumber :
"(Uyunul Anba fi Thabaqatil Athibba, karya Ibnu Abu
Ashiba'ah, Bab Tujuh, Thabaqatil Athibba Alladzina Kanu fi Awwali
Zhuhuril Islami min Athibbail Arab wa Ghairihim, hal. 163, dikoreksi
oleh DR. Nizar Ridha, Dar Maktabatul Hayat Bairut Libanon).
Mukjizat Kedokteran Nabi ; Mahir Hasan Mahmud Muhammad Syarah Soheh Muslim, juz. 10, kitab an-Nikah, bab Jawaz al-Ghilah…)
baca juga : Sejarah sekolah jundisapur http://cinderainfo.blogspot.com/2015/04/sekolah-jundisafur.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar