Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh,
Ustadz Sarwat yang saya hormati, mohon maaf sebelumnya. Setelah saya membaca jawaban ustadz mengenai bekam, saya jadi semakin bingung. Sebelum ini saya terbiasa bekam, meskipun tidak secara rutin sebulan sekali, tapi ketika badan terasa sakit tidak karuan pasti saya bekam. Yang saya ingin tanyakan :
Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Jawaban
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,Sebagai orang yang bukan ahli kesehatan, tentu Saya tidak berhak menilai bahwa metode bekam itu sesuai atau tidak sesuai dengan ilmu kesehatan yang baku. Barangkali memang ilmu kedokteran modern belum bisa menerima bekam sebagai sebuah bentuk aktifitas pengobatan atau penanganan penyakit. Namun kita harus akui bahwa bekam itu ada dan sudah digunakan oleh sejak zaman dahulu.
Namun di sisi lain kita juga harus paham sejarah, bahwa metode kesehatan dengan jalan melakukan bekam (hijamah) sebenarnya bukan ditemukan pertama kali oleh Rasulullah SAW. Jauh sebelum beliau SAW dilahirkan di Mekkah pada tahun 571 Masehi, sudah begitu banyak orang yang melakukan bekam.
Bahkan sebagai orang Arab, boleh jadi orang-orang kafir yang hidup di masa beliau SAW pun mungkin juga menggunakan metode bekam dalam berbagai bentuk penyembuhan. Mengingat bahwa di masa itu bekam memang cukup populer digunakan khalayak.
Jadi jangan kaget kalau seandainya dahulu Abu Jahal, Abu Lahab, dan para pemuka Quraisy pun berbekam juga. Sebab bekam memang pengobatan yang dikenal di masa itu.
Jangan Gegabah
Kita harus sadari juga bahwa di masa itu, bekam memang cukup populer, tidak hanya terbatas di kalangan orang Arab saja. Selain itu, bekam juga dikenal di berbagai peradaban umat manusia. Ada begitu banyak bangsa di dunia ini yang menggunakannya, padahal mereka hidup dari jauh negeri Arab, dan juga hidup jauh sebelum masa kelahiran beliau SAW.
Maka jangan sampai karena terlalu bersemangat, lantas kita mengklaim bahwa metode bekam adalah metode yang bersifat syar'i atau wahyu yang turun dari langit, yang semata-mata dibawa oleh Rasulullah SAW seorang.
Memang kita banyak menemukan hadits nabawi yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW mengenal metode bekam dan kemudian beliau menggunakannnya, bahkan merekomendasikannya kepada para shahabat. Akan tetapi kita tidak boleh terlalu gegabah dalam menarik kesimpulan. Dalam hal ini kita harus sedikit lebih hati-hati.
Dan yang paling penting, jangan sampai kita mengatakan bahwa bekam adalah satu-satunya pengobatan. Mentang-mentang Rasulullah SAW pernah berbekam, lalu kita plintir kesimpulannya menjadi : Kata Nabi, bekam itu obat segala penyakit apapun. Dan tidak boleh berobat kecuali hanya dengan bekam.
Wah, kalau begini saya kira sudah agak keterlaluan. Kita boleh cinta kepada Rasulullah SAW SAW, kita boleh mengagungkan dan kita juga boleh membesarkan beliau SAW. Namun bukan begini caranya. Ini namanya memelintir hadits nabi SAW, demi kepentingan bisnis bekam.
Bekam : Benarkah Sunnah Dalam Pengobatan?
Kalau yang dimaksud dengan sunnah adalah perkataan, perbuatan dan sikap diamnya Rasulullah SAW, saya 100% setuju bahwa bekam itu sunnah nabi. Kita harus akui bahwa Rasulullah SAW memang berbekam bahkan menganjurkan para shahabat untuk melakukannya.
Definisi atau takrif dari sunnah memang demikian, yaitu definisi menurut para ahli hadits. Sedangkan definisi sunnah menurut ilmu fiqih adalah apa yang kalau dikerjakan berpahala dan kalau ditinggalkan tidak berdosa, itulah sunnah.
Dunia Pengobatan adalah Teknologi Yang Terus Berkembang
Cuma yang perlu kita perhatikan, dunia pengobatan itu adalah dunia teknologi, yang secara sunnatullah harus selalu berkembang. Dan ilmu-ilmu yang terkait dengan teknologi itu (termasuk pengobatan dan kesehatan) tidak Allah turunkan melalui wahyu yang sifatnya formal dengan jalur kenabian.
Allah menurunkan berbagai ilmu teknologi melalui ilham, yang harus diawali lewat berbagai percobaan dan riset, dimana syaratnya harus lewat hasil metodologi ilmiyah. Oleh karena itu, Allah SWT memberikan keluasan dalam ilmu teknologi, yaitu siapa saja yang melakukan riset dan penelitian ilmiyah, maka Allah akan berikan kepadanya ilham atau ilmu.
Dan pemberian ini tidak terbatas hanya kepada umat Islam saja, melainkan diberikan kepada siapa saja, termasuk orang-orang kafir sekalipun. Asalkan mereka melakukan riset dan penelitian terus menerus tanpa menyerah.
Kalau pun ilmu-ilmu terkait teknologi itu Allah SWT turunkan lewat wahyu, baik nash Al-Quran atau teks hadits, maka sifatnya hanya umum saja, global dan berformat isyarat. Bukan informasi yang lengkap, detail atau rinci.
Memang Allah SWT memerintahkan kita untuk merenungkan bagaimana unta diciptakan, langit ditegakkan, bumi dihamparkan, dan hujan diturunkan, temasuk bagaimana melawan grafitasi bumi. Namun semua itu bersifat tantangan dan isyarat saja, Dan ternyata Rasulullah SAW tidak pernah mengajarkan bagaimana menciptakan pesawat terbang, arus listrik, mesin berbahan bakar fosil, atau memecah inti atom untuk mendapatkan energi nuklir.
Kita sebagai muslim selama 14 abad ini hanya membaca ayat dan hadits, tanpa tahu makna isyarat yang ada. Tetapi tidak mengapa kalau isyarat itu tidak dijelaskan oleh Rasulullah SAW. Sebab tugas beliau bukan untuk mengajarkan bagaimana menciptakan pesawat terbang, atau melahirkan energi listri, atau membuat mobil dan kendaraan bermotor, serta bukan sebagai fisikawan nuklir.
Tugas-tugas itu bukan tugas Rasulullah SAW. Tugas-tugas itu ada di pundak kita, yang isyaratnya ada di Al-Quran dan hadits, tetapi kalau tidak dipelajari secara seksama, tentu tidak akan bisa dimanfaatkan juga. Malah justru orang-orang yang di luar agama Islam yang mempelajarinya dan mempraktekkannya, sehingga mereka bisa berhasil menjadi penemu berbagai teknologi modern.
Rasulullah SAW Bukan Ahli Teknologi
Rasulullah SAW adalah nabi dan rasul yang kita cintai. Kedudukan beliau sangat tinggi di sisi Allah SWT, dan tentunya juga harus tinggi di mata kita.
Namun meskipun demikian, beliau SAW sendiri yang mengatakan beliau bukan orang selalu yang ahli di bidang-bidang yang terkait dengan realitas kehidupan. Dalam satu hadits yang populer, beliau SAW bersabda :
Kalian lebih mengerti dalam urusan dunia kalian.
Dalam beberapa hal, beliau memang cerdas, pandai, cerdik, dan juga banyak belajar tentang hal-hal yang baru. Semua itu beliau dapat juga dari pengalaman lapangan, lewat berbagai riset dan penelitian. Namun bukan berarti beliau SAW selau cerdasa di semua bidang kehidupan.
Sebab pengetahuan yang beliau dapat itu tidak selalu merupakan wahyu yang turun dari langit. Ada sekian banyak ilmu yang beliau dapatkan itu justru dari pengalaman hidup.
Oleh karena itu dalam hal-hal yang terkait realitas kehidupan yang bisa dipelajari, Rasulullah SAW pun boleh keliru dan boleh juga lupa. Selama yang beliau sampaikan bukan wahyu, dan tidak terkait dengan hukum-hukum syariah, beliau boleh salah dan boleh tidak tepat dalam memberi solusi.
Misalnya ketika beliau SAW memutuskan tentang posisi pasukan muslimin dalam Perang Badar. Ternyata ada pendapat yang lebih baik, dan beliau pun menyadari bahwa pemikiran beliau kurang tepat.
Begitu juga ketika terjadi perbedaan pendapat dalam Perang Badar, apakah perang dihentikan atau diteruskan. Pendapat beliau SAW ternyata dibantah lewat wahyu.
Bahkan ketika Rasulullah SAW pernah salah bersikap dan bermuka masam, ketika didatangi oleh Abdullah bin Ummi Maktum yang tua, buta tapi ingin belajar agama. Allah SWT pun menegur sikap utusan-Nya itu.
Bahkan Rasulullah SAW pernah keliru menilai tentang penyerbukan bunga kurma, dimana panen kurma menjadi gagal karena beliau mengira kurma itu tidak perlu 'dikawinkan'. Padahal penduduk Madinah terbiasa melakukannya. Begitu menyadari kesalahan pendapatnya, beliau SAW pun bersabda,"Antum a'lamu bi umuri dunyakum".
Jadi kesimpulannya, bahwa yang namanya realitas kehidupan, tiap orang bisa belajar dan belajar sendiri, meneliti, mencari, membandingkan, melakukan serangkaian percobaan dan seterusnya. Itulah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam sebagian realitas kehidupan beliau. Dan kalau keliru atau salah, tidak menjadi masalah. Toh beliau hanya keliru di bidang yang memang bukan esensi dari kenabian.
Bolehkah Bekam Tiap Bulan?
Saya terus terang bukan ahli bekam dan tidak punya pengetahuan yang baku tentang bekam. Yang jelas, bekam itu bukan termasuk ritual ibadah dan juga bukan urusan syariah. Sehingga tidak ada perintah tertentu untuk melakukannya, dan juga tidak ada larangan untuk melakukannya.
Silahkan dilakukan penelitian yang mendalam atas masalah ini, tentu dengan menggunakan metode ilmiyah yang profesional, proporsional dan juga terbuka. Lalu adakah dampak negatif atau positif dari bekam tiap bulan, kita lihat saja hasil penelitiannya.
Wallahu 'alam bishshawab wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,Ahmad Sarwat, Lc. MA
Sumber : http://www.rumahfiqih.com/m/x.php?id=1359219399
baca juga tulisan terkait , Bekam Dan Teori Keseimbangan Klasik Ala Galenus
Ustadz Sarwat yang saya hormati, mohon maaf sebelumnya. Setelah saya membaca jawaban ustadz mengenai bekam, saya jadi semakin bingung. Sebelum ini saya terbiasa bekam, meskipun tidak secara rutin sebulan sekali, tapi ketika badan terasa sakit tidak karuan pasti saya bekam. Yang saya ingin tanyakan :
- Sehubungan dengan jawaban Ustadz yang menyatakan bahwa bekam itu bukan sunnah dalam hal ibadah, sepertinya saya setuju. Tapi apakah boleh jika saya mengatakan bahwa bekam itu adalah sunnah dalam hal pengobatan ?
- Jika hukumnya mubah, bagaimana dengan kedudukan hadits yang berbunyi : “Tidaklah aku melewati satu malaikat pada malam aku di-isra’-kan, kecuali mereka semua berkata kepadaku : “Lakukanlah bekam wahai Muhammad”
- Saya pernah membaca jawaban dari seorang ustadz yang memberi jawaban bahwa tidak diperbolehkan bekam secara rutin ( contoh : sebulan sekali) untuk menjaga kesehatan, hanya diperbolehkan bekam jika diperlukan (sakit), apakah benar seperti itu ?
Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Jawaban
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,Sebagai orang yang bukan ahli kesehatan, tentu Saya tidak berhak menilai bahwa metode bekam itu sesuai atau tidak sesuai dengan ilmu kesehatan yang baku. Barangkali memang ilmu kedokteran modern belum bisa menerima bekam sebagai sebuah bentuk aktifitas pengobatan atau penanganan penyakit. Namun kita harus akui bahwa bekam itu ada dan sudah digunakan oleh sejak zaman dahulu.
Namun di sisi lain kita juga harus paham sejarah, bahwa metode kesehatan dengan jalan melakukan bekam (hijamah) sebenarnya bukan ditemukan pertama kali oleh Rasulullah SAW. Jauh sebelum beliau SAW dilahirkan di Mekkah pada tahun 571 Masehi, sudah begitu banyak orang yang melakukan bekam.
Bahkan sebagai orang Arab, boleh jadi orang-orang kafir yang hidup di masa beliau SAW pun mungkin juga menggunakan metode bekam dalam berbagai bentuk penyembuhan. Mengingat bahwa di masa itu bekam memang cukup populer digunakan khalayak.
Jadi jangan kaget kalau seandainya dahulu Abu Jahal, Abu Lahab, dan para pemuka Quraisy pun berbekam juga. Sebab bekam memang pengobatan yang dikenal di masa itu.
Jangan Gegabah
Kita harus sadari juga bahwa di masa itu, bekam memang cukup populer, tidak hanya terbatas di kalangan orang Arab saja. Selain itu, bekam juga dikenal di berbagai peradaban umat manusia. Ada begitu banyak bangsa di dunia ini yang menggunakannya, padahal mereka hidup dari jauh negeri Arab, dan juga hidup jauh sebelum masa kelahiran beliau SAW.
Maka jangan sampai karena terlalu bersemangat, lantas kita mengklaim bahwa metode bekam adalah metode yang bersifat syar'i atau wahyu yang turun dari langit, yang semata-mata dibawa oleh Rasulullah SAW seorang.
Memang kita banyak menemukan hadits nabawi yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW mengenal metode bekam dan kemudian beliau menggunakannnya, bahkan merekomendasikannya kepada para shahabat. Akan tetapi kita tidak boleh terlalu gegabah dalam menarik kesimpulan. Dalam hal ini kita harus sedikit lebih hati-hati.
Dan yang paling penting, jangan sampai kita mengatakan bahwa bekam adalah satu-satunya pengobatan. Mentang-mentang Rasulullah SAW pernah berbekam, lalu kita plintir kesimpulannya menjadi : Kata Nabi, bekam itu obat segala penyakit apapun. Dan tidak boleh berobat kecuali hanya dengan bekam.
Wah, kalau begini saya kira sudah agak keterlaluan. Kita boleh cinta kepada Rasulullah SAW SAW, kita boleh mengagungkan dan kita juga boleh membesarkan beliau SAW. Namun bukan begini caranya. Ini namanya memelintir hadits nabi SAW, demi kepentingan bisnis bekam.
Bekam : Benarkah Sunnah Dalam Pengobatan?
Kalau yang dimaksud dengan sunnah adalah perkataan, perbuatan dan sikap diamnya Rasulullah SAW, saya 100% setuju bahwa bekam itu sunnah nabi. Kita harus akui bahwa Rasulullah SAW memang berbekam bahkan menganjurkan para shahabat untuk melakukannya.
Definisi atau takrif dari sunnah memang demikian, yaitu definisi menurut para ahli hadits. Sedangkan definisi sunnah menurut ilmu fiqih adalah apa yang kalau dikerjakan berpahala dan kalau ditinggalkan tidak berdosa, itulah sunnah.
Dunia Pengobatan adalah Teknologi Yang Terus Berkembang
Cuma yang perlu kita perhatikan, dunia pengobatan itu adalah dunia teknologi, yang secara sunnatullah harus selalu berkembang. Dan ilmu-ilmu yang terkait dengan teknologi itu (termasuk pengobatan dan kesehatan) tidak Allah turunkan melalui wahyu yang sifatnya formal dengan jalur kenabian.
Allah menurunkan berbagai ilmu teknologi melalui ilham, yang harus diawali lewat berbagai percobaan dan riset, dimana syaratnya harus lewat hasil metodologi ilmiyah. Oleh karena itu, Allah SWT memberikan keluasan dalam ilmu teknologi, yaitu siapa saja yang melakukan riset dan penelitian ilmiyah, maka Allah akan berikan kepadanya ilham atau ilmu.
Dan pemberian ini tidak terbatas hanya kepada umat Islam saja, melainkan diberikan kepada siapa saja, termasuk orang-orang kafir sekalipun. Asalkan mereka melakukan riset dan penelitian terus menerus tanpa menyerah.
Kalau pun ilmu-ilmu terkait teknologi itu Allah SWT turunkan lewat wahyu, baik nash Al-Quran atau teks hadits, maka sifatnya hanya umum saja, global dan berformat isyarat. Bukan informasi yang lengkap, detail atau rinci.
Memang Allah SWT memerintahkan kita untuk merenungkan bagaimana unta diciptakan, langit ditegakkan, bumi dihamparkan, dan hujan diturunkan, temasuk bagaimana melawan grafitasi bumi. Namun semua itu bersifat tantangan dan isyarat saja, Dan ternyata Rasulullah SAW tidak pernah mengajarkan bagaimana menciptakan pesawat terbang, arus listrik, mesin berbahan bakar fosil, atau memecah inti atom untuk mendapatkan energi nuklir.
Kita sebagai muslim selama 14 abad ini hanya membaca ayat dan hadits, tanpa tahu makna isyarat yang ada. Tetapi tidak mengapa kalau isyarat itu tidak dijelaskan oleh Rasulullah SAW. Sebab tugas beliau bukan untuk mengajarkan bagaimana menciptakan pesawat terbang, atau melahirkan energi listri, atau membuat mobil dan kendaraan bermotor, serta bukan sebagai fisikawan nuklir.
Tugas-tugas itu bukan tugas Rasulullah SAW. Tugas-tugas itu ada di pundak kita, yang isyaratnya ada di Al-Quran dan hadits, tetapi kalau tidak dipelajari secara seksama, tentu tidak akan bisa dimanfaatkan juga. Malah justru orang-orang yang di luar agama Islam yang mempelajarinya dan mempraktekkannya, sehingga mereka bisa berhasil menjadi penemu berbagai teknologi modern.
Rasulullah SAW Bukan Ahli Teknologi
Rasulullah SAW adalah nabi dan rasul yang kita cintai. Kedudukan beliau sangat tinggi di sisi Allah SWT, dan tentunya juga harus tinggi di mata kita.
Namun meskipun demikian, beliau SAW sendiri yang mengatakan beliau bukan orang selalu yang ahli di bidang-bidang yang terkait dengan realitas kehidupan. Dalam satu hadits yang populer, beliau SAW bersabda :
أنتم أعلم بأمور دنياكم
Kalian lebih mengerti dalam urusan dunia kalian.
Dalam beberapa hal, beliau memang cerdas, pandai, cerdik, dan juga banyak belajar tentang hal-hal yang baru. Semua itu beliau dapat juga dari pengalaman lapangan, lewat berbagai riset dan penelitian. Namun bukan berarti beliau SAW selau cerdasa di semua bidang kehidupan.
Sebab pengetahuan yang beliau dapat itu tidak selalu merupakan wahyu yang turun dari langit. Ada sekian banyak ilmu yang beliau dapatkan itu justru dari pengalaman hidup.
Oleh karena itu dalam hal-hal yang terkait realitas kehidupan yang bisa dipelajari, Rasulullah SAW pun boleh keliru dan boleh juga lupa. Selama yang beliau sampaikan bukan wahyu, dan tidak terkait dengan hukum-hukum syariah, beliau boleh salah dan boleh tidak tepat dalam memberi solusi.
Misalnya ketika beliau SAW memutuskan tentang posisi pasukan muslimin dalam Perang Badar. Ternyata ada pendapat yang lebih baik, dan beliau pun menyadari bahwa pemikiran beliau kurang tepat.
Begitu juga ketika terjadi perbedaan pendapat dalam Perang Badar, apakah perang dihentikan atau diteruskan. Pendapat beliau SAW ternyata dibantah lewat wahyu.
Bahkan ketika Rasulullah SAW pernah salah bersikap dan bermuka masam, ketika didatangi oleh Abdullah bin Ummi Maktum yang tua, buta tapi ingin belajar agama. Allah SWT pun menegur sikap utusan-Nya itu.
Bahkan Rasulullah SAW pernah keliru menilai tentang penyerbukan bunga kurma, dimana panen kurma menjadi gagal karena beliau mengira kurma itu tidak perlu 'dikawinkan'. Padahal penduduk Madinah terbiasa melakukannya. Begitu menyadari kesalahan pendapatnya, beliau SAW pun bersabda,"Antum a'lamu bi umuri dunyakum".
Jadi kesimpulannya, bahwa yang namanya realitas kehidupan, tiap orang bisa belajar dan belajar sendiri, meneliti, mencari, membandingkan, melakukan serangkaian percobaan dan seterusnya. Itulah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam sebagian realitas kehidupan beliau. Dan kalau keliru atau salah, tidak menjadi masalah. Toh beliau hanya keliru di bidang yang memang bukan esensi dari kenabian.
Bolehkah Bekam Tiap Bulan?
Saya terus terang bukan ahli bekam dan tidak punya pengetahuan yang baku tentang bekam. Yang jelas, bekam itu bukan termasuk ritual ibadah dan juga bukan urusan syariah. Sehingga tidak ada perintah tertentu untuk melakukannya, dan juga tidak ada larangan untuk melakukannya.
Silahkan dilakukan penelitian yang mendalam atas masalah ini, tentu dengan menggunakan metode ilmiyah yang profesional, proporsional dan juga terbuka. Lalu adakah dampak negatif atau positif dari bekam tiap bulan, kita lihat saja hasil penelitiannya.
Wallahu 'alam bishshawab wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,Ahmad Sarwat, Lc. MA
Sumber : http://www.rumahfiqih.com/m/x.php?id=1359219399
baca juga tulisan terkait , Bekam Dan Teori Keseimbangan Klasik Ala Galenus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar