Baca dulu ya
Silahkan cek berita kelanjutan dari kisah nya Marcello di link link berita selanjutnya
KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa penyebab kematian Marcello, bayi berusia dua bulan tiga minggu, tidak ada hubungannya dengan pemberian imunisasi yang dilakukan sebelum peristiwa nahas itu terjadi.
Siaran pers yang dimuat laman resmi Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan di Jakarta, Selasa (23/12/2012), menyebutkan, hasil uji sterilitas dan toksisitas BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) menyatakan bahwa vaksin imunisasi yang diberikan kepada Marcello telah memenuhi syarat.
Beberapa waktu lalu, pemberitaan mengenai kasus kejadian ikutan pascaimunisasi di Jakarta Utara mencuat di beberapa media massa. Kasus tersebut telah dikonfirmasi oleh Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra Kemenkes. Laporan kasus pertama kali diterima Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara dan diteruskan ke Puskesmas Tanjung Priok. Investigasi ke rumah pasien dilakukan Kamis (18/9/2012), dan hasilnya dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Sebagai tindak lanjut, Dinkes Provinsi DKI Jakarta dan Sudinkes Jakarta Utara melakukan investigasi dan audit ke Puskesmas Tanjung Priok. Dalam pertemuan antara lain oleh Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) bersama Komite Daerah Provinsi DKI Jakarta, dijelaskan kronologis kejadian berdasarkan investigasi lapangan.
Setelah mendapat imunisasi DPT/HB 1 dan Polio 2 di Puskemas Tanjung Priok, bayi demam, kemudian diberi obat puyer penurun panas. Setelah disusui, bayi tidur tenang. Namun pada dini hari, bayi kembali demam, disertai keluar busa dan darah dari hidung. Menurut keterangan sang ibu, bayi juga tampak seperti kejang, dan tidak lama kemudian bayi meninggal.
48 bayi tetap sehat
Pada saat yang sama, dilakukannya imunisasi di Puskesmas Tanjung Priok, terdapat 48 bayi yang mendapat imunisasi DPT/HB dan 59 vaksin polio, semua dalam keadaan sehat.
Untuk mengklarifikasi kasus Marcello telah dilakukan pemeriksaan autopsi oleh Departemen Ilmu Kedokteran Forensik RSCM Jakarta. Selanjutnya, dilakukan juga batch review dengan nomor 2712111 produk vaksin dari Bio Farma dengan hasil baik.
Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan vaksin berupa uji sterilitas dan toksisitas, dengan nomor batch yang sama oleh Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) dengan hasil laporan pengujian dengan nomor PM.05.05.71.04.10.12.03, tanggal 17 Oktober 2012. Dalam hasil laporan tersebut dinyatakan bahwa vaksin memenuhi syarat.
Berdasarkan analisis tersebut, Komnas PP-KIPI dan Komda PP-KIPI DKI Jakarta yang terdiri atas para ilmuwan dalam bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat telah mengadakan kajian yang mendalam terhadap kasus ini dan menyimpulkan hasil audit klasifikasi kausalitas adalah "unrelated", dengan penyebab kematian tidak berhubungan dengan imunisasi.
Sumber : http://health.kompas.com/read/2012/10/24/1121345 /Kematian.Marcello.Tak.Ada.Hubungan.dengan.Imunisa
Jakarta - Marcelo Axel (2) meninggal dunia setelah
mendapatkan suntikan imunisasi di puskesmas Tanjung Priok, Jakarta
Utara. Berdasarkan hasil autopsi RSCM, Marcelo meninggal karena benturan
benda tumpul di kepala.
"Kalau dari RSCM, ada bekas kekerasan benda tumpul di kepala dan ada resapan darah di tulang tengkorak, sekitar pelipis kanan dan kepala belakang kanan," kata Kanitreskrim Polsek Tanjung Priok, AKP Sutikno, pada detikcom, Kamis (11/10/2012).
Benturan benda tumpul di kepala Marcelo menyebabkan terjadinya pendarahan yang merusak sejumlah jaringan tubuh bocah mungil tersebut. "Pendarahan di atas selaput keras otak dan lebam jaringan otak akibat benturan benda tumpul itu," ujar Sutikno.
Hasil mengejutkan tersebut membuat pihak kepolisian menyelidiki benda tumpul yang membentur kepala Marcelo. Soal suntikan imunisasi DPT Combo I yang diterima Marcelo sebelum meninggal juga akan diselidiki lebih dalam.
"Dari hasil ini kita kembangkan dulu lewat hasil lab yang ada di BPOM mengenai pemeriksaan vaksin. Setelah itu, kita akan lihat perkembangan lebih lanjut. Dokter dan bidan (puskesmas) juga sudah diperiksa, dari pemeriksaan mereka mengatakan sudah memberikan hasil vaksin sesuai dengan prosedur," kata Sutikno.
Demi mendapatkan gambaran jelas penyebab meninggalnya Marcelo termasuk benda tumpul misterius tersebut, pihak kepolisian berencana memeriksa keluarga dan orangtua Marcelo.
"Setelah ini kita akan memeriksakan dari pihak keluarganya. Cuma sekarang belum datang lagi ke sini. Keluarga akan dipanggil untuk dimintai keterangan," ujar Sutikno.
Marcelo Axel adalah anak dari pasangan Hendra Wakim (23) dan Stefi Anastasia (19). Marcelo meninggal dunia pada tanggal 28 September 2012 dengan mengeluarkan busa dan darah di lubang hidungnya
Sumber : http://news.detik.com/read/2012/10/11/175144/2060487/10/polisi-balita-marcelo-meninggal-karena-benda-tumpul-di-kepala?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+detik%2FBPZW+%28detikcom%29
VIVAnews -
Marcello Axel, bayi berumur dua bulan meninggal dunia setelah diberikan
imunisasi Difteri Pertusis Tetanus (DPT). Axel adalah anak pertama dari
pasangan Steffi Anastasia, 19 tahun dan Hendra Wakim, 23 tahun.
Ketika ditemui di rumahnya, di Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Steffi menjelaskan kronologi kejadian meninggalnya Axel.
"Kamis tanggal 27 September 2012, anak saya suntik imunisasi DPT satu di Puskesmas Kebon Bawang, Tanjung Priok. Setelah itu anak saya masih main di rumah sama kakak sepupunya. Sorenya kami pulang ke kosan kami di jalan Ganggeng," Steffi menceritakan, Jumat 5 Oktober 2012.
Semenjak imunisasi itu, Steffi melihat kondisi anaknya tidak seperti biasanya. Sering menangis, demam tinggi dan bengkak pada paha bekas suntikan. "Nangis terus sama demam tinggi sore harinya," ujar Steffani sambil menangis.
Pada malam hari, sekitar pukul 11.00 WIB, Hendra yang pertama mengetahui anak kesayangannya sudah terbujur kaku di samping istrinya di tempat tidur.
"Saya pulang kerja anak saya sudah kaku. Dari hidungnya keluar darah dan busa. Saya bangunkan ibunya, panik ditekan dadanya keluar darah lebih banyak lagi," kata Hendra yang tak kuasa menahan tangis.
Keluarga korban pun segera melapor kejadian ini ke pihak kepolisian. Jenazah korban pun diautopsi sebelum dikebumikan. Saat ini kasusnya sudah ditangani Polsek Tanjung Priok.
"Menurut rumah sakit hasil autopsi akan bisa diberikan hari ini atau besok," kata Hendra yang bekerja di agen pelayaran.
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, Bambang Suheri saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil autopsi bayi Marcello Axel dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
"Ya kami telah menerima laporan tersebut. Untuk itu atas laporan dari orangtua ke Polsek Tanjung Priok dan untuk mencari kejelasan yang sebenarnya, atas rujukan kepolisian dan keluarga korban telah dilakukan autopsi. Sekarang kami masih menunggu hasil," katanya saat dihubungi wartawan.
Jenazah Marcello Axel sendiri sudah dikuburkan di pemakaman Budhidarma, Cilincing pada Sabtu 29 September 2012. Hingga kini keluarga masih menunggu hasil autopsi yang dilakukan RSCM. (eh)
sumber :
http://metro.news.viva.co.id/news/read/356998-bayi-2-bulan-tewas-setelah-imunisasi-di-jakarta-utara
Berita ini sering sekali menjadi alasan utama bagi sebagian aktivis antivaksin untuk meyakinkan sikap anti vaksinnya. Padahal kalau kita simak beritanya lebih lanjut kesimpulan akhir dari cerita ini adalah TIDAK ADA HUBUNGANNYA ANTARA KEMATIAN MARCELLO DENGAN VAKSINKetika ditemui di rumahnya, di Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Steffi menjelaskan kronologi kejadian meninggalnya Axel.
"Kamis tanggal 27 September 2012, anak saya suntik imunisasi DPT satu di Puskesmas Kebon Bawang, Tanjung Priok. Setelah itu anak saya masih main di rumah sama kakak sepupunya. Sorenya kami pulang ke kosan kami di jalan Ganggeng," Steffi menceritakan, Jumat 5 Oktober 2012.
Semenjak imunisasi itu, Steffi melihat kondisi anaknya tidak seperti biasanya. Sering menangis, demam tinggi dan bengkak pada paha bekas suntikan. "Nangis terus sama demam tinggi sore harinya," ujar Steffani sambil menangis.
Pada malam hari, sekitar pukul 11.00 WIB, Hendra yang pertama mengetahui anak kesayangannya sudah terbujur kaku di samping istrinya di tempat tidur.
"Saya pulang kerja anak saya sudah kaku. Dari hidungnya keluar darah dan busa. Saya bangunkan ibunya, panik ditekan dadanya keluar darah lebih banyak lagi," kata Hendra yang tak kuasa menahan tangis.
Keluarga korban pun segera melapor kejadian ini ke pihak kepolisian. Jenazah korban pun diautopsi sebelum dikebumikan. Saat ini kasusnya sudah ditangani Polsek Tanjung Priok.
"Menurut rumah sakit hasil autopsi akan bisa diberikan hari ini atau besok," kata Hendra yang bekerja di agen pelayaran.
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, Bambang Suheri saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil autopsi bayi Marcello Axel dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
"Ya kami telah menerima laporan tersebut. Untuk itu atas laporan dari orangtua ke Polsek Tanjung Priok dan untuk mencari kejelasan yang sebenarnya, atas rujukan kepolisian dan keluarga korban telah dilakukan autopsi. Sekarang kami masih menunggu hasil," katanya saat dihubungi wartawan.
Jenazah Marcello Axel sendiri sudah dikuburkan di pemakaman Budhidarma, Cilincing pada Sabtu 29 September 2012. Hingga kini keluarga masih menunggu hasil autopsi yang dilakukan RSCM. (eh)
sumber :
http://metro.news.viva.co.id/news/read/356998-bayi-2-bulan-tewas-setelah-imunisasi-di-jakarta-utara
Silahkan cek berita kelanjutan dari kisah nya Marcello di link link berita selanjutnya
KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa penyebab kematian Marcello, bayi berusia dua bulan tiga minggu, tidak ada hubungannya dengan pemberian imunisasi yang dilakukan sebelum peristiwa nahas itu terjadi.
Siaran pers yang dimuat laman resmi Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan di Jakarta, Selasa (23/12/2012), menyebutkan, hasil uji sterilitas dan toksisitas BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) menyatakan bahwa vaksin imunisasi yang diberikan kepada Marcello telah memenuhi syarat.
Beberapa waktu lalu, pemberitaan mengenai kasus kejadian ikutan pascaimunisasi di Jakarta Utara mencuat di beberapa media massa. Kasus tersebut telah dikonfirmasi oleh Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra Kemenkes. Laporan kasus pertama kali diterima Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara dan diteruskan ke Puskesmas Tanjung Priok. Investigasi ke rumah pasien dilakukan Kamis (18/9/2012), dan hasilnya dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Sebagai tindak lanjut, Dinkes Provinsi DKI Jakarta dan Sudinkes Jakarta Utara melakukan investigasi dan audit ke Puskesmas Tanjung Priok. Dalam pertemuan antara lain oleh Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) bersama Komite Daerah Provinsi DKI Jakarta, dijelaskan kronologis kejadian berdasarkan investigasi lapangan.
Setelah mendapat imunisasi DPT/HB 1 dan Polio 2 di Puskemas Tanjung Priok, bayi demam, kemudian diberi obat puyer penurun panas. Setelah disusui, bayi tidur tenang. Namun pada dini hari, bayi kembali demam, disertai keluar busa dan darah dari hidung. Menurut keterangan sang ibu, bayi juga tampak seperti kejang, dan tidak lama kemudian bayi meninggal.
48 bayi tetap sehat
Pada saat yang sama, dilakukannya imunisasi di Puskesmas Tanjung Priok, terdapat 48 bayi yang mendapat imunisasi DPT/HB dan 59 vaksin polio, semua dalam keadaan sehat.
Untuk mengklarifikasi kasus Marcello telah dilakukan pemeriksaan autopsi oleh Departemen Ilmu Kedokteran Forensik RSCM Jakarta. Selanjutnya, dilakukan juga batch review dengan nomor 2712111 produk vaksin dari Bio Farma dengan hasil baik.
Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan vaksin berupa uji sterilitas dan toksisitas, dengan nomor batch yang sama oleh Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) dengan hasil laporan pengujian dengan nomor PM.05.05.71.04.10.12.03, tanggal 17 Oktober 2012. Dalam hasil laporan tersebut dinyatakan bahwa vaksin memenuhi syarat.
Berdasarkan analisis tersebut, Komnas PP-KIPI dan Komda PP-KIPI DKI Jakarta yang terdiri atas para ilmuwan dalam bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat telah mengadakan kajian yang mendalam terhadap kasus ini dan menyimpulkan hasil audit klasifikasi kausalitas adalah "unrelated", dengan penyebab kematian tidak berhubungan dengan imunisasi.
Sumber : http://health.kompas.com/read/2012/10/24/1121345 /Kematian.Marcello.Tak.Ada.Hubungan.dengan.Imunisa
Polisi: Balita Marcelo Meninggal Karena Benda Tumpul di Kepala
"Kalau dari RSCM, ada bekas kekerasan benda tumpul di kepala dan ada resapan darah di tulang tengkorak, sekitar pelipis kanan dan kepala belakang kanan," kata Kanitreskrim Polsek Tanjung Priok, AKP Sutikno, pada detikcom, Kamis (11/10/2012).
Benturan benda tumpul di kepala Marcelo menyebabkan terjadinya pendarahan yang merusak sejumlah jaringan tubuh bocah mungil tersebut. "Pendarahan di atas selaput keras otak dan lebam jaringan otak akibat benturan benda tumpul itu," ujar Sutikno.
Hasil mengejutkan tersebut membuat pihak kepolisian menyelidiki benda tumpul yang membentur kepala Marcelo. Soal suntikan imunisasi DPT Combo I yang diterima Marcelo sebelum meninggal juga akan diselidiki lebih dalam.
"Dari hasil ini kita kembangkan dulu lewat hasil lab yang ada di BPOM mengenai pemeriksaan vaksin. Setelah itu, kita akan lihat perkembangan lebih lanjut. Dokter dan bidan (puskesmas) juga sudah diperiksa, dari pemeriksaan mereka mengatakan sudah memberikan hasil vaksin sesuai dengan prosedur," kata Sutikno.
Demi mendapatkan gambaran jelas penyebab meninggalnya Marcelo termasuk benda tumpul misterius tersebut, pihak kepolisian berencana memeriksa keluarga dan orangtua Marcelo.
"Setelah ini kita akan memeriksakan dari pihak keluarganya. Cuma sekarang belum datang lagi ke sini. Keluarga akan dipanggil untuk dimintai keterangan," ujar Sutikno.
Marcelo Axel adalah anak dari pasangan Hendra Wakim (23) dan Stefi Anastasia (19). Marcelo meninggal dunia pada tanggal 28 September 2012 dengan mengeluarkan busa dan darah di lubang hidungnya
Sumber : http://news.detik.com/read/2012/10/11/175144/2060487/10/polisi-balita-marcelo-meninggal-karena-benda-tumpul-di-kepala?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+detik%2FBPZW+%28detikcom%29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar