Ketemu lagi sama info beginian hadeeeeeuh o_O
Komentar Penulis :
Sahabat ,
Ketahuilah bahwa info tersebut diatas tidak tepat. Karena fungsi herba tidak sama seperti vaksin dan juga tidak bisa menggantikan. Herba hanya bersifat melindungi tubuh secara umum, sedangkan vaksin bersifat melindungi tubuh secara spesifik. Kalau herba hanya bisa membangun sistem imunitas tubuh, maka vaksin lah yang melatih sistem imunitas tubuh itu agar mengenal siapa musuhnya.
Kalau kita analogikan sistem imun tubuh manusia, maka fungsi herba itu seperti " Hansip" yang bertugas berkeliling kampung untuk mengecek apakah daerah yang ditugasinya aman atau tidak dari maling kampung, tapi beliau sendiri tidak memiliki persenjataan yang lengkap untuk melawan. Sementara vaksin itu berfungsi sebagai ABRI yang memiliki keahlian dan persenjataan khusus untuk melawan. Jangankan maling kampung, maling negarapun bisa ditumpas.
Penyakit menular itu bukan hal sederhana. Kalau Thibbun Nabawi bisa menggantikan vaksin tentunya dijaman Rasul tidak akan ada wabah. Kenyataannya sebaliknya, bahkan sahabat Rasulullah sendiri yaitu Abu Ubaidah turut menjadi korban akibat wabah penyakit menular.
Imam Az-Dzahabi rahimahullah menceritakan wafatnya Abu Ubaidah Ibnul Jarrah karena Tha’un di Syam,
Abu Ubaidah meninggal dan diketahui karena wabah tha’un
[Siyar A’lam An-Nubala 1/19, Mu’assasah Risalah, 1405 H, syamilah]
Pernah di suatu saat daerah luar Madinah terjangkit wabah tha’un (pes, sampar, atau penyakit sejenisnya) dan al-masih (sejenis kuman yang mengelupaskan kulit – mungkin seperti wabah gudik, bengkoyok, atau secara umum penyakit kulit). Rasulullah melarang siapa pun yang terkena kedua jenis penyakit itu (tha’un dan al-masih) masuk ke kota Madinah.
Demikian sabda Nabi: . . . la yadkhulu al-Madinata al-masihu wala ath-tha’un
( . . . Tidak boleh masuk ke Madinah bagi yang terjangkit oleh al-masih dan tha’un – H.R.al-Bukhari dari Abu Hurairah)
Apa yang dilakukan Rasulullah SAW ketika menghadapi wabah? beliau tidak mencadangkan herba tertentu melainkan meminta masyarakat yang tinggal didaerah endemik untuk tetap ditempat sedangkan yang diluar itu tidak boleh memasuki tempat tersebut.
Kalau Rasulullah tau bahwa herba saja cukup untuk menangani penyakit menular, tentu beliau tidak akan memerintahkan karantina untuk daerah endemik dan tidak akan Rasulullah menghibur para sahabat lain yang berada didaerah endemik dengan syafaat syahid karena telah mengorbankan diri mereka untuk memotong rantai penyebaran penyakit menular.
Sahabat ,
Tahukah vaksin pertamakali diperkenalkan di masa kekhalifahan Utsmaniyah ? Ilmu vaksin adalah peninggalan ilmu yang berharga dan paling spektakuler dari sejarah kebangkitan kedokteran islam di masa lalu. Adalah Ibnu Razi seorang filusuf, dokter, kimiawan dan herbalis yang dijuluki sebagai Galenusnya Arab, beliau adalah yang pertamakali mampu mendefinisikan tentang cacar dan campak. Beliau mengatakan demam sebagai mekanisme terbaik untuk pertahanan tubuh, kemudian mengatakan bahwa sekali seorang terjangkit penyakit cacar maka seumur hidup ia terlindung dari penyakit yang sama seumur hidupnya. Pernyataannya tersebut termaktub dalam kitab "fi al jadari wa al hasbah". Bahkan karya karyanya bersanding dengan kitabnya Ibnu Sina.
Setelah itu dimasa kekhalifahan Utsmaniyah berkembanglah teknik variolasi (yaitu memajankan penyakit dengan sengaja untuk mendapat kekebalan tubuh) dan kemudian ilmu ini diadaptasi oleh Eropa
Kalau kita berfikir secara logis... andai saja herba cukup untuk menangani penyakit menular, tentu ilmuwan sekaliber ibnu razi tidak akan menciptakan teknik vaksin sederhana. Pinter mana hayooo antara ibnu razi dengan pentolan thibbun nabawy masa kini ???
Karena secara ilmiah, tahnik yang dilakukan dari mulut kemulut itu berpotensi menyebabkan tertularnya penyakit.
Budaya tahnik itu sebenarnya sudah ada sejak jaman dahulu kala. Orang orang yahudi kerap melakukan ini pada anak anak mereka yang akan belajar agama. Sambil mengoleskan madu ke langit langit mulut mereka membaca doa doa tertentu. Budaya tahnik menurut meraka adalah simbol yang menjelaskan bahwa hukum tuhan (versi mereka) adalah baik.
Dalam kitab kristen pun juga ditemukan prosesi tahnik. Silahkan dibaca amsal 24:13 "Anakku, makanlah madu sebab itu baik dan teteslah madu manis untuk langit langit mulutmu.
Jadi tahnik itu adalah murni ritual dan budaya yang juga dilakukan oleh agama samawi sejak jaman dahulu kala. Tidak ada satupun hadits yang menerangkan fungsi tahnik sebagai kesehatan apalagi alat imunisasi. Bahkan sebagian ulama menganggap tahnik yang dilakukan dari mulut ke mulut adalah kekhususan Rasulullah SAW, karena tidak ada satu atsarpun yang menjelaskan bahwa sahabat sahabat Rasul melakukan tahnik dari mulut kemulut sepeninggal Rasulullah. Hal ini dilakukan karena menganggap diri mereka masing masing tidak pantas untuk di tabarukkan. Hanya Rasulullah yang pantas untuk itu.
Tahnik dari mulut ke mulut yang dilakukan Rasulullah semata karena BERKAH yang dimiliki beliau sehingga dari berkah itulah air ludah Rasulullah memiliki fungsi pengobatan. Sebagaimana kita tau bahwa keringat dan air liurnya begitu wangi dan penuh berkah.
Jadi kalau mau melakukan tahnik silahkan tapi tidak dari mulut ke mulut yaa... tapi tidak ada hubungan dengan kesehatan.
memang ada yang berpendapat bahwa prosesi tahnik bisa mencegah bayi dari kekurangan glukosa. tapi ternyata belum ada penelitiannya dan kenyataannya ASI saja sudah cukup untuk menghandle itu.
Dalam riwayat lain, tentang peristiwa yang dialami oleh Abu Bakar RA sewaktu bersama Rasulullah SAW di goa Tsur untuk sembunyi, kaki Abu Bakar digigit binatang yang ada di lubang yang terdapat di dalam goa tersebut. Akan tetapi Abu Bakar tidak bergerak supaya Rasulullah SAW yang sedang tidur dipangkuannya tidak terbangun. Hanya air matanya yang membasahi wajah Rasulullah SAW, dan Beliau terbangun lau bertanya : "Ada apa wahai Abu Bakar?" Dia menjawab : "Kaki saya digigit hewan yang ada dalam lubang. Semoga Ayah dan Ibuku menjadi tebusan bagimu". lalu Rasulullah meludahi gigitan itu dan sembuhlah kaki Abu Bakar. (lihat : al-Rahiq al-Makhtum, Hal.149)
Dari Saib bin Yazid RA, berkata : Bibiku pernah membawaku pergi menghadap Rasululloh SAW, bibiku berkata ; Wahai Rasululloh ! Sesungghunya keponakanku ini terserang penyakit perut, lalu beliau mengusap kepalaku dan mendoakan aku supaya mendapat berkah. Setelah itu beliau berwudhu dan aku meminum sisa air wudhunya kemudian aku berdiri di belakang punggung beliau dan melihat sebuah tanda kenabian antara pundaknya seperti telur burung merpati (HR. Bukhori)
* Logis yuuuk...karena mengajak ngajak orang menjadi antivaksin itu apalagi sampai mengatasnamakan agama bukan JIHAD tapi JAHAT... maap yee kalo tersinggung...
http://lintassantriucul.blogspot.com/2013/04/harumnya-ludah-rasulullah-saw.html
http://danusiri.dosen.unimus.ac.id/materi-kuliah/kebidanan/pandangan-islam-tentang-imunisasi/
http://muslimafiyah.com/sekedar-makanan-halal-dan-thayyiba-tidak-bisa-mencegah-menjamin-dari-wabah-penyakit.html
Komentar Penulis :
Sahabat ,
Ketahuilah bahwa info tersebut diatas tidak tepat. Karena fungsi herba tidak sama seperti vaksin dan juga tidak bisa menggantikan. Herba hanya bersifat melindungi tubuh secara umum, sedangkan vaksin bersifat melindungi tubuh secara spesifik. Kalau herba hanya bisa membangun sistem imunitas tubuh, maka vaksin lah yang melatih sistem imunitas tubuh itu agar mengenal siapa musuhnya.
Kalau kita analogikan sistem imun tubuh manusia, maka fungsi herba itu seperti " Hansip" yang bertugas berkeliling kampung untuk mengecek apakah daerah yang ditugasinya aman atau tidak dari maling kampung, tapi beliau sendiri tidak memiliki persenjataan yang lengkap untuk melawan. Sementara vaksin itu berfungsi sebagai ABRI yang memiliki keahlian dan persenjataan khusus untuk melawan. Jangankan maling kampung, maling negarapun bisa ditumpas.
Penyakit menular itu bukan hal sederhana. Kalau Thibbun Nabawi bisa menggantikan vaksin tentunya dijaman Rasul tidak akan ada wabah. Kenyataannya sebaliknya, bahkan sahabat Rasulullah sendiri yaitu Abu Ubaidah turut menjadi korban akibat wabah penyakit menular.
Imam Az-Dzahabi rahimahullah menceritakan wafatnya Abu Ubaidah Ibnul Jarrah karena Tha’un di Syam,
أن
عمر كتب إلى أبي عبيدة في الطاعون: إنه قد عرضت لي حاجة، ولا غنى بي عنك
فيها، فعجل إلي. فلما قرأ الكتاب، قال: عرفت حاجة أمير المؤمنين، إنه يريد
أن يستبقي من ليس بباق.فكتب: إني قد عرفت حاجتك، فحللني من عزيمتك، فإني في
جنمن أجناد المسلمين، لا أرغب بنفسي عنهم. فلما قرأ عمر
الكتاب، بكى، فقيل
له: مات أبو عبيدة؟ قال: لا، وكأن قد .قال: فتوفي أبو عبيدة، وانكشف
الطاعون.
Umar bin Khattab menulis surat kepada Abu Ubaidah setelah mendengar ada wabah tha’un di syam: “Aku memiliki hajat keperluan kepadamu saya butuh engkau maka segeralah menemuiku (ke Madinah)” Tatkala Abu Ubaidah membaca surat tersebut, maka beliau berkata: “aku mengetahui maksud Umar (Umar tidak ingin Abu Ubaidah terkena wabah), ia tidak menginginkanku tetap tinggal di sini”. Maka beliau menulis surat kepada Umar: “aku telah mengetahui hajat keperluanmu, tolong bebaskan aku dari
keinginanmu karena saya masih mempunyai tanggungan kaum muslimin (beliau
adalah amirnya). “ Tatkala Umar membaca surat tersebut beliau menangis. Kemudian ada yang berkata padanya: “apakah telah wafat Abu Ubaidah?. Umar berkata: “sepertinya sudah”
[Siyar A’lam An-Nubala 1/19, Mu’assasah Risalah, 1405 H, syamilah]
- APAKAH WABAH THA'UN ITU ???
ااذا سمعتم با لطاعون با رض فلا تد خلوا ها واذا وقع با ر ض وانتم بها فلا تخرجوا منها (رواه الترمذى عن سعيد)
Artinya;
Jika kamu mendengar tentang tha’un di suatu tempat, maka
janganlah kamu memasukinya (tempat itu). Apa bila kamu (terlanjur)
berada di tempat yang terkena wabah itu, maka janganlah kamu keluar
darinya (tempat itu) (H.R. at-Turmuzi dari Sa’id).Pernah di suatu saat daerah luar Madinah terjangkit wabah tha’un (pes, sampar, atau penyakit sejenisnya) dan al-masih (sejenis kuman yang mengelupaskan kulit – mungkin seperti wabah gudik, bengkoyok, atau secara umum penyakit kulit). Rasulullah melarang siapa pun yang terkena kedua jenis penyakit itu (tha’un dan al-masih) masuk ke kota Madinah.
Demikian sabda Nabi: . . . la yadkhulu al-Madinata al-masihu wala ath-tha’un
( . . . Tidak boleh masuk ke Madinah bagi yang terjangkit oleh al-masih dan tha’un – H.R.al-Bukhari dari Abu Hurairah)
Apa yang dilakukan Rasulullah SAW ketika menghadapi wabah? beliau tidak mencadangkan herba tertentu melainkan meminta masyarakat yang tinggal didaerah endemik untuk tetap ditempat sedangkan yang diluar itu tidak boleh memasuki tempat tersebut.
Kalau Rasulullah tau bahwa herba saja cukup untuk menangani penyakit menular, tentu beliau tidak akan memerintahkan karantina untuk daerah endemik dan tidak akan Rasulullah menghibur para sahabat lain yang berada didaerah endemik dengan syafaat syahid karena telah mengorbankan diri mereka untuk memotong rantai penyebaran penyakit menular.
Sahabat ,
Tahukah vaksin pertamakali diperkenalkan di masa kekhalifahan Utsmaniyah ? Ilmu vaksin adalah peninggalan ilmu yang berharga dan paling spektakuler dari sejarah kebangkitan kedokteran islam di masa lalu. Adalah Ibnu Razi seorang filusuf, dokter, kimiawan dan herbalis yang dijuluki sebagai Galenusnya Arab, beliau adalah yang pertamakali mampu mendefinisikan tentang cacar dan campak. Beliau mengatakan demam sebagai mekanisme terbaik untuk pertahanan tubuh, kemudian mengatakan bahwa sekali seorang terjangkit penyakit cacar maka seumur hidup ia terlindung dari penyakit yang sama seumur hidupnya. Pernyataannya tersebut termaktub dalam kitab "fi al jadari wa al hasbah". Bahkan karya karyanya bersanding dengan kitabnya Ibnu Sina.
Setelah itu dimasa kekhalifahan Utsmaniyah berkembanglah teknik variolasi (yaitu memajankan penyakit dengan sengaja untuk mendapat kekebalan tubuh) dan kemudian ilmu ini diadaptasi oleh Eropa
Kalau kita berfikir secara logis... andai saja herba cukup untuk menangani penyakit menular, tentu ilmuwan sekaliber ibnu razi tidak akan menciptakan teknik vaksin sederhana. Pinter mana hayooo antara ibnu razi dengan pentolan thibbun nabawy masa kini ???
- APAKAH TAHNIK MENGGANTIKAN IMUNISASI ???
Karena secara ilmiah, tahnik yang dilakukan dari mulut kemulut itu berpotensi menyebabkan tertularnya penyakit.
Budaya tahnik itu sebenarnya sudah ada sejak jaman dahulu kala. Orang orang yahudi kerap melakukan ini pada anak anak mereka yang akan belajar agama. Sambil mengoleskan madu ke langit langit mulut mereka membaca doa doa tertentu. Budaya tahnik menurut meraka adalah simbol yang menjelaskan bahwa hukum tuhan (versi mereka) adalah baik.
Dalam kitab kristen pun juga ditemukan prosesi tahnik. Silahkan dibaca amsal 24:13 "Anakku, makanlah madu sebab itu baik dan teteslah madu manis untuk langit langit mulutmu.
Jadi tahnik itu adalah murni ritual dan budaya yang juga dilakukan oleh agama samawi sejak jaman dahulu kala. Tidak ada satupun hadits yang menerangkan fungsi tahnik sebagai kesehatan apalagi alat imunisasi. Bahkan sebagian ulama menganggap tahnik yang dilakukan dari mulut ke mulut adalah kekhususan Rasulullah SAW, karena tidak ada satu atsarpun yang menjelaskan bahwa sahabat sahabat Rasul melakukan tahnik dari mulut kemulut sepeninggal Rasulullah. Hal ini dilakukan karena menganggap diri mereka masing masing tidak pantas untuk di tabarukkan. Hanya Rasulullah yang pantas untuk itu.
Tahnik dari mulut ke mulut yang dilakukan Rasulullah semata karena BERKAH yang dimiliki beliau sehingga dari berkah itulah air ludah Rasulullah memiliki fungsi pengobatan. Sebagaimana kita tau bahwa keringat dan air liurnya begitu wangi dan penuh berkah.
Jadi kalau mau melakukan tahnik silahkan tapi tidak dari mulut ke mulut yaa... tapi tidak ada hubungan dengan kesehatan.
memang ada yang berpendapat bahwa prosesi tahnik bisa mencegah bayi dari kekurangan glukosa. tapi ternyata belum ada penelitiannya dan kenyataannya ASI saja sudah cukup untuk menghandle itu.
- BERKAHNYA AIR LUDAH RASULULLAH SAW
Wail Ibn Hajar bercerita : "
Rasulullah SAW pernah disodorkan wadah berisi air, Beliau meminumnya,
lalu meludah di wadah itu, kemudian air dalam wadah dituangkan ke dalam
sumur, tiba-tiba dari sumur merebak bau wangian yang harum. (HR. Ahmad) "
Dalam riwayat lain, tentang peristiwa yang dialami oleh Abu Bakar RA sewaktu bersama Rasulullah SAW di goa Tsur untuk sembunyi, kaki Abu Bakar digigit binatang yang ada di lubang yang terdapat di dalam goa tersebut. Akan tetapi Abu Bakar tidak bergerak supaya Rasulullah SAW yang sedang tidur dipangkuannya tidak terbangun. Hanya air matanya yang membasahi wajah Rasulullah SAW, dan Beliau terbangun lau bertanya : "Ada apa wahai Abu Bakar?" Dia menjawab : "Kaki saya digigit hewan yang ada dalam lubang. Semoga Ayah dan Ibuku menjadi tebusan bagimu". lalu Rasulullah meludahi gigitan itu dan sembuhlah kaki Abu Bakar. (lihat : al-Rahiq al-Makhtum, Hal.149)
حدثنا عبد الرحمن بن يونس قال: حدثنا حاتم بن إسماعيل، عن الجعد قال: سمعت السائب بن يزيد يقول: ذَهَبَتْ بِي خَالَتِي إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقالت: يا رسول الله، إِنَّ ابنَ أُخْتِي وُجِعٌ، فَمَسَحَ رَأْسِي وَدَعَا لِي بِالْبَرَكَةِ، ثم توضأ، فَشَرَبْتُ من وضوئه، ثم قمت خلف ظهره، فنظرت إلى خاتم النبوة بين كَتِفَيْهِ، مِثْلَ زِرِّ الحجلة
Dari Saib bin Yazid RA, berkata : Bibiku pernah membawaku pergi menghadap Rasululloh SAW, bibiku berkata ; Wahai Rasululloh ! Sesungghunya keponakanku ini terserang penyakit perut, lalu beliau mengusap kepalaku dan mendoakan aku supaya mendapat berkah. Setelah itu beliau berwudhu dan aku meminum sisa air wudhunya kemudian aku berdiri di belakang punggung beliau dan melihat sebuah tanda kenabian antara pundaknya seperti telur burung merpati (HR. Bukhori)
- PENDAPAT SYAIKH ALLAMAH AHMAD BIN YAHYA AN-NAJMI HAFIDZAHULLAH
# Tahnik
adalah menggosok mulut atas paling dalam dari bayi yang baru lahir dengan
kurma yang sudah dilembutkan oleh seseorang.
# Dan sebelum itu, tahnik dikerjakan
dalam rangka mengharapkan berkah dengan bercampurnya liur seorang yang
melakukan tahnik ini dengan liur anak yang ditahnik.
# Dan aku tidak mendapati
bahwa para shahabat melakukan hal ini sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam.
# Dahulu shahabat membawa bayi-bayi mereka kehadapan Nabi shallallahu
alaihi wasallam, lalu beliau mentahnik mereka.
# Dan sejauh yang saya ketahui hal
ini tidak mereka lakukan kembali kepada Abu Bakr maupun Umar dan tidak pula
kepada seorang pun selain mereka.
# Maka ini menunjukkan akan kesepakatan mereka
bahwa tidak boleh bertabarruk (mencari berkah) kepada selain Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam.
# Maka sudah sepatutnya hal ini tidak dilakukan.Hanya karena
Allah kita mendapat taufik-Nya"
Praktik Nabi ini harus dipandang kasus ekstrim atau istimewa. Ada sesuatu yang berada di luar nalar. Sebut saja karamah beliau.
Abu Hurairah diludahi mulutnya oleh Rasulullah, bukan ludah kebencian, menyebabkan Abu Hurairah sangat fasih dan merupakan sahabat yang paling banyak menghafal hadis padahal sahabat ini hanya bersama dengan beliau kurang lebih dua tahun setengah masa akhir-akhir hidup Rasul. Sahabat ini memang masuk Islam belakangan, setelah Futuh} Makah, pelaklukan kota Makah oleh Rasulullah beserta pasukannya dari Madinah. (Iwan Gayo,2008: 61).
Jika seseorang melakukan tahnik persis seperti praktik Rasulullah, dikhawatirkan sekali banyak mengandung virus pada air liur pengunyah kurma. Sementara itu, si bayi yang baru berumur tujuh hari belum memiliki sistem kekebalan yang sempurna.
Untuk itu, dalam melakukan tahniq hendaklah menggunakan madu berkualitas bagus atau sari kurma... ( cateut: tidak dari mulut ke mulut)
Sekarang telah banyak tersedia di toko-toko obat, apotik, bahkan took-toko swalayan seperti mall yang
menyediakan sari kurma berbentuk cairan. Kedua bahan ini lebih hygine dan insya Allah (lebih) steril dari kuman, bakteri, jamur, maupun virus yang membahayakan bagi kesehatan bayi karena diproses menurut teknologi modern dan sehat."
Pertanyaannya...
Siapa yang bisa menjamin bahwa seseorang akan selalu sehat, bahagia dan berada di lingkungan bersih seumur hidup ???
Bahkan sahabat Rasul sekaliber Abu Ubaidah saja yang hidupnya selalu bersama Rasul (bahkan baginda Rasul menyebut para sahabatnya dengan sebutan khairu ummah-ummat terbaik), wafat karena penyakit menular...
- PENDAPAT USTADZ M.Danusiri (Dosen Unimus) MENGENAI TAHNIK DALAM TULISANNYA YANG MEMBAHAS IMUNISASI DALAM PANDANGAN ISLAM.
Praktik Nabi ini harus dipandang kasus ekstrim atau istimewa. Ada sesuatu yang berada di luar nalar. Sebut saja karamah beliau.
Abu Hurairah diludahi mulutnya oleh Rasulullah, bukan ludah kebencian, menyebabkan Abu Hurairah sangat fasih dan merupakan sahabat yang paling banyak menghafal hadis padahal sahabat ini hanya bersama dengan beliau kurang lebih dua tahun setengah masa akhir-akhir hidup Rasul. Sahabat ini memang masuk Islam belakangan, setelah Futuh} Makah, pelaklukan kota Makah oleh Rasulullah beserta pasukannya dari Madinah. (Iwan Gayo,2008: 61).
Jika seseorang melakukan tahnik persis seperti praktik Rasulullah, dikhawatirkan sekali banyak mengandung virus pada air liur pengunyah kurma. Sementara itu, si bayi yang baru berumur tujuh hari belum memiliki sistem kekebalan yang sempurna.
Untuk itu, dalam melakukan tahniq hendaklah menggunakan madu berkualitas bagus atau sari kurma... ( cateut: tidak dari mulut ke mulut)
Sekarang telah banyak tersedia di toko-toko obat, apotik, bahkan took-toko swalayan seperti mall yang
menyediakan sari kurma berbentuk cairan. Kedua bahan ini lebih hygine dan insya Allah (lebih) steril dari kuman, bakteri, jamur, maupun virus yang membahayakan bagi kesehatan bayi karena diproses menurut teknologi modern dan sehat."
- BENARKAH BAHWA ADZAN,TILAWAH, JIWA YANG SEHAT, SANITASI LINGKUNGAN YANG BAIK CUKUP UNTUK MENGGANTIKAN VAKSIN ???
Pertanyaannya...
Siapa yang bisa menjamin bahwa seseorang akan selalu sehat, bahagia dan berada di lingkungan bersih seumur hidup ???
Bahkan sahabat Rasul sekaliber Abu Ubaidah saja yang hidupnya selalu bersama Rasul (bahkan baginda Rasul menyebut para sahabatnya dengan sebutan khairu ummah-ummat terbaik), wafat karena penyakit menular...
* Logis yuuuk...karena mengajak ngajak orang menjadi antivaksin itu apalagi sampai mengatasnamakan agama bukan JIHAD tapi JAHAT... maap yee kalo tersinggung...
Sumber :
http://www.darusshofa.com/index.php/ARTIKEL-ISLAM/tabarruk-ludah-rasulullah-saw.htmlhttp://lintassantriucul.blogspot.com/2013/04/harumnya-ludah-rasulullah-saw.html
http://danusiri.dosen.unimus.ac.id/materi-kuliah/kebidanan/pandangan-islam-tentang-imunisasi/
http://muslimafiyah.com/sekedar-makanan-halal-dan-thayyiba-tidak-bisa-mencegah-menjamin-dari-wabah-penyakit.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar