Rabu, 16 Desember 2009

Keajaiban dalam siwak dari segi Sains dan Research


Pada Hadits riwayat Abu Hurairah, meriwayatkan: Rasul Allah (may peace be upon him) berkata: “adalah bahwa saya ( Nabi Muhammad S.A.W bila tidak menjadi beban atau kewajiban saya saya akan memerintahkan mereka untuk menggunakan siwak (tooth-stick) di setiap waktu sholat, dan riwayat lain Menceritakan hadits dari dua imam ,Pada riwayat oleh Abdullah ibn Abbas, bahwa Rasulullah berkata: “menyarankan agar melakukan penyikatan gigi dengan siwak dikarenakan dapat membersihkan mulut dan mendapatkan kenikmatan Allah yaitu pahala “riwayat oleh al – Byhaki dan Al-Bukhari. Dan menurut riwayat Siti Aisyah R.A berkata penyikatan dengan siwak dapat membersihkan gigi dan mulut dan mendapat kenikmatan Allah atau Pahala “diriwayatkan oleh ibn Majah dari abi umamah,

Pendapat Islam terhadap penyikatan gigi dengan siwak :
An-Nawawi berkata ia adalah Sunnah dan tidak wajib dalam kondisi apapun
melalui konsensus dari ulama.

Ibnu al-Kayyim berkata: penyikatan gigi dianjurkan untuk bertindak baik pada saat
puasa dan tidak puasa didalam setiap waktu karena tidak ditetapkan dalam hadis, juga dibutuhkan untuk orang yang berpuasa .

Penyikatan gigi dengan siwak dan pengaruhnya pada kesehatan:
makanan dan minuman yang masuk kedalam mulut, menghubungkan mulut dengan udara luar sehingga banyak resiko kuman masuk dan kuman jenis orogerminal grup seperti staphylococci, streptococci, pneumococcus, lactobacillus, bacilli dan spirochaeta. Kuman ini tidak aktif dalam orang yang sehat, namun dapat menular dan berbahaya jika sisa makanan berada di mulut dan antara gigi sampai terjadi fermentasi kuman yang dimana dapat menyebabkan bau busuk, gigi busuk atau garam pertumbuhan sekitar gigi yang dapat berakibat (dental calculus) atau radang gusi dan penyakit pada gusi.

Selain itu, kuman ini dapat berpindah ke daerah-daerah yang jauh di tubuh membuat berbagai infeksi, seperti radang perut, sinusitis atau tracheitis dan dapat menimbulkan abscess di berbagai tempat di dalam tubuh , apalagi ia dapat mengakibatkan pyotoxinemia penuh dengan darah atau kuman yang dapat menyebabkan panas di tubuh .

Diketahui bahwa yang paling penting untuk menjaga dalam mulut adalah gigi, sehingga mereka mempunyai fungsi penting dan mereka dapat menjadi penyakit yang besar terhadap kesehatan masyarakat.

 Oleh karena itu, gigi dilakukan penyikatan “siwaak” dapat mencegah penyakit ini, air liur yang sebenarnya memiliki kandungan garam kental dan jika mereka di permukaan yang jauh dari alam seperti pembersihan gerakan gerakan lidah atau tidak wajar seperti penyikatan gigi, garam ini akan deposit terutama di daerah yang mungkin menjadi pembentukan plak gigi.

Kemudian kuman bereaksi dengan sisa makanan, sugars terutama yang ada di mulut, pembentukan asam organik yang larut dengan glazur maka resiko dentine. Membusukkan gigi menjadi lebih besar ketika kelupaan membersihkan mulut dan gigi tetap

Dalam Sunnah itu disebutkan bahwa nabi Mohammad menggunakan sikat dari kayu yang terbuat dari “al-araak” dan araak adalah pohon dari keluarga araakic yang selalu hijau. Ia tumbuh di tempat yang panas di dalam Aseer dan Jeezan Arab Saudi, Mesir, Sudan, Goor Al Saad (dekat Yerusalem), Yaman, Afrika Selatan dan India. Buah-buahan tumbuh di pohon ini; enak dan yg dpt dimakan, ketika ia menjadi masak kayu untuk digunakan menyikat gigi tetap diambil dari bagian akar dan semak kecil

Keajaiban Sunnah Nabi Muhammad dalam perintah menyikat gigi dengan “siwaak”:
Artikel yang ditulis dalam sebuah majalah Jerman (No.4, 1961) (4) oleh ilmuwan Rodat, pemimpin dari lembaga penelitian khusus kuman di Universitas Rostok”saya membaca tentang kayu untuk membersihkan gigi di Arab yang digunakan sebagai sikat gigi dalam sebuah buku yang ditulis oleh sebuah perjalanan yang pernah berkunjung ke Negara mereka, berpikir bahwa tindakan ini menunjukkan bahwa ada usaha untuk dimana orang-orang yang membersihkan gigi dengan menggunakan kayu. Pada abad ke 20, maka saya hanya berpikir mungkin ada yang ilmiah rahasia dibalik ini sepotong kayu! Kesempatan datang ketika seorang rekan saya dari Sudan membawa sejumlah tusuk gigi dan saya memulai penelitian saya tentang mereka dengan segera, Jika orang Mulai menggunakan sikat gigi sejak seratus tahun yang lalu, umat Islam telah menggunakan gigi sticks yaitu siwak lebih dari 14 abad.

Dalam penelitian terhadap chemosynthesis jenis kayu araak yang digunakan untuk gigi kita tetap akan memakainya dengan memahami alasan di balik pilihan kenapa Nabi memakai dan menyarankan memakai kayu arak untuk siwak . Konfirmasi kandungan yang diambil dari kayu Al-araak yaitu mengandung turf dimana berisi sejumlah empedu dan merupakan zat antiseptik yang dapat membersihkan diteruskan sampai di ulemorrhagia dan memperkuat lambung , juga Kandungan Sinnigrin, sebuah bahan yang sangat kuat dengan bau khas dari kayu yang membantu menghilangkan kuman Pemeriksaan Mikroskopi yang terdapat pada bagian kayu siwak hasil yang didapatkan yaitu silika kristal dan acidosis kapur yang berguna dalam mendapatkan hilangkan noda gigi dan kalkulus.

Selain itu, Al-Dr.Tariq Korey menyatakan bahwa ada kandungan khlorida dan silika; ini adalah zat yang merupakan ekstra whitening atau zat khusus untuk memutihkan gigi secara alami, juga kandungan subtansi gummatous yang melindungi email gigi dan dapat mencegah dan melindungi gigi terhadap cariosity atau caries . ini menunjukkan bahwa kandungan vitamin C dan amine mencegah kerusakan pada bagian gigi , dan bahan sulfuric mencegah proses membusukkan gigi atau pengeroposan tulang.

July 10, 2009 by dr.Aldjoefrie http://web.kedokteranislam.com

Khitan mencegah Kanker penis dan Kanker Cervix

November 27, 2009 by dr.Aldjoefrie

PENELITIAN INTERNATIONAL YANG DILAPORKAN OLEH MAJALAH JURNAL DI INGGRIS
Sunat pada laki-laki, penis terhindar dari Infeksi Human Papillomavirus, dan Kanker Serviks pada pasangan Wanita
Xavier Castellsagué, MD, F. Xavier Bosch, MD, Nubia Muñoz, MD, Chris JLM Meijer, Ph.D., Keerti V. Shah, Dr.PH, Silvia de Sanjosé, MD, José Eluf-Neto, MD, Corazon A. Ngelangel, MD, Saibua Chichareon, MD, Jennifer S. Smith, Ph.D., , Rolando Herrero, MD, Victor Moreno, MD, Silvia Franceschi, MD, untuk Badan Internasional untuk Penelitian Kanker multicenter Cervical Cancer Study Group 

ABSTRAK

Latar Belakang ini pasti apakah sunat pada laki-laki mengurangi risiko terkena penis infeksi human papillomavirus (HPV) pada manusia dan kanker serviks di pasangan wanita.

Metode Kami dengan mengumpulkan data pada pasangan 1913 orang terdaftar dalam salah satu dari tujuh studi kasus kontrol serviks karsinoma in situ dan kanker leher rahim di lima negara. Status sunat dilaporkan sendiri, dan keakuratan data yang telah dikonfirmasikan oleh pemeriksaan fisik di tiga lokasi penelitian. Kehadiran atau ketiadaan penis dengan infeksi DNA HPV dinilai oleh reaksi polymerase berantai assay pada tahun 1520 laki-laki dan menghasilkan hasil yang valid dalam kasus 1139 laki-laki (74,9 persen).

Hasil penis terinfeksi HPV terdeteksi di 166 dari 847 laki-laki disunat (19,6 persen) dan di 16 dari 292 laki-laki disunat (5,5 persen). Setelah penyesuaian untuk usia saat hubungan seksual pertama, masa jumlah pasangan seksual, dan potensi lainnya pembaur, laki-laki yang disunat kurang mungkin dibandingkan laki-laki tidak disunat memiliki infeksi HPV (rasio odds, 0,37; interval kepercayaan 95 persen, 0,16-0,85). Monogami pasangan pria wanita yang memiliki enam atau lebih pasangan seksual dan disunat memiliki risiko kanker serviks dibandingkan wanita yang mitra disunat (rasio odds yang disesuaikan, 0,42; interval kepercayaan 95 persen, 0,23-0,79). Hasil adalah serupa pada subkelompok laki-laki dalam sunat yang dikonfirmasi oleh pemeriksaan medis.

Kesimpulan sunat pada laki- laki dikaitkan dengan penurunan risiko infeksi HPV penis dan, dalam kasus pria dengan sejarah beberapa mitra seksual, penurunan risiko kanker serviks pada pasangan perempuan mereka saat ini.

Sejak Hutchinson pada 1855 melaporkan bahwa sunat bisa mencegah sifilis, 1 penelitian menunjukkan bahwa sunat mungkin mengurangi risiko kanker penis, infeksi saluran kemih, dan penyakit menular seksual umum, termasuk human immunodeficiency virus (HIV) infection. Hanya sedikit yang diketahui Namun, mengenai efek sunat pada laki-laki risiko tertular human papillomavirus (HPV). HPV menyebabkan kutil pada kelamin pada pria dan wanita, dan telah dikaitkan dengan kanker serviks, vulva, vagina, dubur, dan penis.10, 11 kanker serviks adalah kanker kedua yang paling umum di kalangan wanita di seluruh dunia, dan hingga 99 persen semua kasus mungkin disebabkan infeksi oleh HPV onkogenik genotypes.12, 13 Oleh karena itu, faktor-faktor yang mengurangi kemungkinan memperoleh atau transmisi HPV di antara laki-laki maupun perempuan dapat mengurangi risiko penyakit yang berhubungan dengan infeksi ini.

Selama 15 tahun terakhir Badan Internasional untuk Penelitian Kanker telah melakukan beberapa kasus kontrol besar studi kanker serviks di negara yang berbeda. Kami menggunakan data dari studi-studi ini untuk menilai dampak sunat laki-laki pada risiko infeksi HPV genital pada laki-laki sendiri dan risiko kanker serviks pada pasangan seksual mereka. 



METODE
  • Studi Desain
Subjek studi terdaftar dalam salah satu dari tujuh studi kasus kontrol, lima kanker serviks invasif yang melibatkan melibatkan keduanya yaitu serviks dan karsinoma in situ. Kerja dilapangan untuk studi ini dilakukan dari tahun 1985 hingga 1993. Dua penelitian masing-masing dilakukan di Spanyol dan Kolombia, dan sebuah studi masing-masing dilakukan di Brazil, Thailand, dan Filipina. Rincian dari masing-masing metode penelitian, serta hasil analisis dari beberapa faktor risiko untuk kanker serviks, telah diterbitkan previously. pasien Wanita wanita yang baru didiagnosa, histologis karsinoma serviks dikonfirmasi di situ atau kanker serviks invasif. Kontrol pada perempuan direkrut dari masyarakat umum dalam dua studi tentang kanker serviks invasif di Spanyol dan Kolombia (studi berdasarkan populasi) dan dari rumah sakit yang sama sebagai pasien dalam kasus studi lain (studi berbasis rumah sakit). Dalam semua studi, kontrol perempuan-frekuensi disesuaikan dengan wanita dengan kanker serviks menurut umur. Sejak laki-laki dan perempuan faktor risiko karsinoma in situ yang mirip dengan kanker serviks invasif, perempuan dengan karsinoma in situ dan kontrol juga termasuk di masa kini analysis.

Orang-orang yang memenuhi syarat untuk studi ini adalah suami atau pasangan tetap wanita dengan kanker serviks dan kontrol perempuan yang terdaftar dalam masing-masing studi ini. Seorang laki-laki dianggap sebagai pasangan yang tetap pada seorang wanita mendaftarkan diri jika ia melaporkan telah memiliki hubungan seksual secara teratur dengan wanita setidaknya selama enam bulan, apakah atau tidak mereka menikah atau hidup bersama.

Semua protokol yang disetujui oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker dan etika lokal dan penelitian komite. Informed consent telah diperoleh dari semua mata pelajaran studi. Persetujuan lisan diperoleh dari mata pelajaran dalam studi bahasa Spanyol dan Kolombia (yang dimulai pada tahun 1985), konsisten dengan standar pada saat itu. Dalam studi yang tersisa, yang telah dirintis kemudian, ditulis informed consent diperoleh.
  • Kuesioner dan Pemeriksaan Kesehatan
Subyek diwawancarai dengan menggunakan kuesioner standar dikelola secara pribadi oleh pewawancara yang terlatih khusus. Informasi rinci dikumpulkan pada variabel demografi dan sosial ekonomi, sejarah seksual, dan status sunat.

Status sunat yang dinilai oleh seorang dokter dalam kasus 794 dari 815 laki-laki (97,4 persen) yang direkrut dalam studi di Brazil, Thailand, dan Filipina. Setelah pengecualian dari 4 orang yang status sunat pasti dinilai oleh dokter, pemeriksaan kesehatan penis mengukuhkan diri melaporkan status sunat 748 dari 790 mitra laki-laki (94,7 persen). Hanya 1,7 persen laki-laki (5 dari 287) yang melaporkan telah disunat itu dianggap oleh dokter yang akan disunat, dan 7,4 persen laki-laki (37 dari 503) yang tidak melaporkan telah disunat itu dianggap oleh dokter sebagai telah disunat ( kappa, 0,89). Atas dasar ini tingkat keandalan yang tinggi, self-melaporkan status sunat digunakan untuk semua analisis.
  • Deteksi DNA HPV
Dua sampel sel-sel dikelupas diperoleh dari penis: satu dari distal uretra dengan penggunaan yang sangat tipis, basah, kapas-tipped swab dan satu dari permukaan eksternal kelenjar dan mahkota sulkus dengan penggunaan berukuran standar basah, kapas-tipped mengepel. Serviks sel dikelupas dikumpulkan dari para perempuan seperti sebelumnya described. rinci protokol yang digunakan untuk-polymerase reaksi berantai (PCR) assay untuk mendeteksi DNA HPV pada leher dan spesimen penis telah digambarkan previously. Singkatnya, L1 konsensus primer MY09-MY11, sebagaimana telah diubah oleh Hildesheim et al., 25 yang digunakan untuk sampel dikumpulkan dalam studi Kolombia dan Spanyol. The GP5 + / 6 + sistem primer yang umum digunakan untuk sampel yang tersisa dikumpulkan dalam studi. Produk PCR dinilai untuk DNA HPV dengan menggunakan koktail HPV probe khusus dan genotyped oleh hibridisasi dari produk PCR dengan jenis probe khusus selama 33 tipe HPV dalam kasus sampel serviks dan setidaknya 6 HPV tipe ( 6, 11, 16, 18, 31, dan 33) dalam kasus penis samples.26, 27 Sampel yang positif untuk HPV tapi itu tidak berhibridisasi dengan salah satu jenis probe khusus disebut “HPV X.” Amplifikasi fragmen dari gen globin-berfungsi sebagai kontrol kualitas internal untuk setiap spesimen.
  • Analisis Statistik
Kami menggunakan regresi logistik tanpa syarat untuk memperkirakan peluang rasio dan interval keyakinan 95 persen dalam rangka untuk mengukur hubungan antara variabel tertentu dan risiko infeksi HPV penis atau kanker serviks. Semua model regresi logistik-disesuaikan untuk usia pasangan laki-laki (dalam kuartil) dan studi di mana pasangannya itu terdaftar (tujuh kategori). Covariables dalam model untuk infeksi HPV penis pasangan laki-laki mencakup tingkat pendidikan (sekolah dasar atau kurang vs sekolah menengah atau lebih tinggi), usia di mana ia pertama kali melakukan hubungan seksual (16, 17-18, atau 19 tahun), dengan hidup jumlah pasangan seksual (1 sampai 5, 6 hingga 20, atau 21), dan dilaporkan sendiri frekuensi mencuci alat kelamin setelah berhubungan (selalu vs kadang-kadang atau tidak pernah). The Wald tes, disesuaikan covariables yang sama, digunakan untuk menilai hubungan antara setiap variabel dengan status sunat. Penyesuaian lebih lanjut kasus kontrol untuk status atau keberadaan DNA HPV serviks secara substansial tidak mengubah titik perkiraan, dan variabel-variabel ini tidak dimasukkan dalam analisis. Model regresi logistik-untuk kanker serviks juga disesuaikan dengan usia wanita, hidupnya jumlah pasangan seksual, dan usia di mana ia pertama kali melakukan hubungan seksual. Fisher’s exact test digunakan untuk menilai hubungan antara status sunat laki-laki dan risiko infeksi HPV penis, dengan stratifikasi menurut beberapa karakteristik laki-laki.

Kami menilai apakah status sunat asosiasi dengan penis risiko infeksi HPV dan kanker serviks secara signifikan berbeda sesuai dengan negara dimana berbagai kajian yang dilakukan oleh termasuk dalam disesuaikan sepenuhnya model regresi logistik-istilah interaksi menggabungkan negara dan status sunat. Seorang dua sisi nilai P kurang dari 0,05 dianggap untuk menunjukkan signifikansi statistik. 

HASIL
  • Studi Subjects
Dari 3.790 wanita (1896 wanita dengan kanker serviks dan 1894 kontrol) yang terdaftar dalam tujuh studi kasus kontrol, 2800 (1.329 wanita dengan kanker serviks dan kontrol 1471) melaporkan memiliki suami atau pasangan laki-laki stabil pada awal penelitian. Sebanyak 984 dari 1329 mitra perempuan dengan kanker serviks (74,0 persen) dan 937 dari 1471 mitra kontrol perempuan (63,7 persen) diwawancarai. Dari jumlah tersebut, 807 mitra pasien (82,0 persen dari mereka yang diwawancarai) dan mitra 717 kontrol perempuan (76,5 persen) disediakan spesimen sitologi, dimana 610 (75,6 persen) dan 533 (74,3 persen), masing-masing, menghasilkan hasil PCR yang valid. Delapan orang yang tidak diketahui status sunat (empat dengan hasil PCR yang valid dan empat yang tidak memberikan sampel) dikeluarkan dari analisis.

Secara keseluruhan, orang-orang yang dengan status HPV dapat dikonfirmasi dengan PCR mirip dengan status laki-laki yang HPV tidak bisa didirikan sehubungan dengan usia, tingkat pendidikan, status sunat, dan variabel yang berkaitan dengan perilaku seksual. Di Kolombia, berpendidikan tinggi pria lebih mungkin dibandingkan laki-laki berpendidikan rendah memiliki hasil PCR yang valid. Di Thailand, orang-orang bersunat dan orang-orang yang melaporkan telah memiliki sejumlah besar pasangan seksual lebih cenderung memiliki hasil PCR yang valid dari rekan-rekan mereka. Namun, pengecualian orang-orang dari Thailand secara substansial tidak mengubah besarnya asosiasi.

Pasangan wanita yang berpartisipasi dalam penelitian ini tidak berbeda secara signifikan dari pasangan wanita yang tidak ikut serta sehubungan dengan usia, tingkat pendidikan, atau variabel yang berkaitan dengan perilaku seksual. Demikian juga, wanita yang pasangannya diuji untuk infeksi HPV yang serupa dengan pasangan mereka yang tidak diuji.
  • Karakteristik Subjects
Keseluruhan prevalensi sunat yang dilaporkan sendiri adalah 19,3 persen (370 dari 1.913 pria): 1,5 persen di Kolombia, 6,1 persen di Brazil, 10.0 persen di Thailand, 11,5 persen di Spanyol, dan 91,0 persen di Filipina. Dibandingkan dengan laki-laki tidak disunat, disunat laki-laki memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yang kurang cenderung untuk melaporkan sering mencuci alat kelamin setelah berhubungan seks, dan lebih cenderung memiliki kebersihan genital yang baik, sebagaimana dinilai oleh seorang dokter
  • Sunat dan penis Infeksi HPV
DNA HPV terdeteksi pada 182 dari 1.139 spesimen penis (16,0 persen). HPV yang paling umum adalah genotipe 16 (24,7 persen dari semua sampel positif), 18 (4,9 persen), 6 atau 11 (3,3 persen), 53 (3,3 persen), 31 (2,7 persen), dan 33 (2,2 persen). Jenis tidak dapat diidentifikasi dalam kasus 51,1 persen dari sampel positif. HPV tipe 35, 39, 45, 51, 52, 54, dan 59 masing-masing menyumbang kurang dari 1,5 persen dari sampel positif.

HPV terdeteksi pada 19,6 persen dari pria tak bersunat (166 dari 847) dan 5,5 persen laki-laki disunat (16 dari 292). Dibandingkan dengan laki-laki tidak disunat, disunat laki-laki memiliki prevalensi lebih rendah infeksi HPV di semua subgrup didefinisikan menurut dasar-line karakteristik

Keseluruhan rasio odds untuk penis infeksi HPV yang terkait dengan sunat yang dilaporkan sendiri adalah 0,37 (interval keyakinan 95 persen, 0,16-0,85), setelah penyesuaian untuk usia, lokasi studi, tingkat pendidikan, usia saat hubungan seksual pertama, masa jumlah pasangan seksual , dan frekuensi mencuci alat kelamin setelah berhubungan seks. Rasio odds yang disesuaikan berhubungan dengan dokter-dinilai sunat adalah 0,44 (interval keyakinan 95 persen, 0,17-1,13). Ada hubungan terbalik antara sunat dan risiko infeksi HPV pada semua studi (P untuk heterogenitas = 0,87), dan temuan ini atau tidak tetap apakah pasangan perempuan telah serviks infeksi HPV atau telah diberi diagnosis kanker serviks (data tidak ditampilkan). Satu-satunya faktor risiko yang signifikan berkaitan dengan risiko infeksi HPV penis adalah jumlah pasangan seksual orang-orang itu telah; dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki lima atau lebih sedikit mitra, mereka yang telah memiliki enam atau lebih pasangan mempunyai rasio odds 2,0 (95 persen confidence interval, 1,3-3,2).

Kemungkinan untuk infeksi HPV rasio antara laki-laki yang disunat, dibandingkan dengan laki-laki tidak disunat, mirip setelah pengecualian orang-orang dari Spanyol dan Kolombia; orang-orang ini tidak mengalami pemeriksaan medis dari penis (rasio odds, 0,56; interval keyakinan 95 persen, 0,20-1,56). Kemungkinan rasio juga tidak berubah secara signifikan dengan pengecualian orang-orang dari Filipina, yang mewakili 65,4 persen dari semua disunat pria dalam studi (rasio odds, 0,32; interval kepercayaan 95 persen, 0,11-0,93).
  • Sunat dan Kanker Serviks
Laki-laki sunat dikaitkan dengan moderat, tetapi tidak bermakna, penurunan risiko kanker serviks di mitra perempuan laki-laki (rasio odds melaporkan diri sunat, 0,72; interval kepercayaan 95 persen, 0,49-1,04; odds rasio untuk dokter yang dikonfirmasi sunat , 0,69; interval kepercayaan 95 persen, 0,43-1,11). Tidak ada bukti heterogenitas sehubungan dengan lokasi penelitian (P = 0,41), dan hubungan terbalik tidak substansial diubah oleh salah satu ciri-ciri perempuan yang kita dinilai (Tabel 3). Hasil adalah serupa setelah pengecualian orang-orang dari Spanyol dan Kolombia (rasio odds, 0,79; interval kepercayaan 95 persen, 0,47-1,33) dan setelah menyingkirkan orang-orang dari Filipina (rasio odds, 0,76; interval kepercayaan 95 persen, 0,51-1,15 ).

Untuk meminimalkan hasil yang membingungkan sebagai akibat dari perempuan telah memiliki pasangan pria lain selain pasangan saat ini, kami membatasi analisis pada 1420 pria pasangan wanita yang melaporkan mengalami hanya memiliki satu pasangan seksual. Kami juga bertingkat-tingkat analisis ini menurut beberapa variabel yang terkait dengan pasangan laki-laki perilaku seksual dalam rangka untuk menguji hipotesis bahwa penurunan risiko kanker leher rahim akan lebih besar di antara pasangan pria wanita yang berada pada risiko tinggi untuk infeksi HPV. Sebagai salah satu ukuran risiko, kita menghitung indeks berdasarkan usia seorang pria ketika pertama kali melakukan hubungan seksual dan jumlah pasangan seksual. Laki-laki yang telah memiliki enam atau lebih pasangan seksual dan yang pertama kali melakukan hubungan seksual sebelum usia 17 tahun dianggap beresiko tinggi; orang-orang yang telah memiliki lima atau lebih sedikit pasangan seksual dan yang setidaknya berusia 17 tahun ketika mereka pertama kali melakukan hubungan seksual dianggap risiko rendah, dan sisanya pria digolongkan sebagai berada pada risiko menengah.

Menginversi hubungan antara sunat dan risiko kanker serviks kuat dan signifikan dalam kasus pasangan wanita yang memiliki indeks risiko tinggi dan yang terlibat dalam praktek-praktek seksual diketahui meningkatkan risiko terpapar HPV, seperti setelah melakukan hubungan seksual sebelum usia 17 tahun, telah memiliki enam atau lebih pasangan seksual, dan memiliki sejarah kontak dengan pelacur (Tabel 4). Tes untuk interaksi antara sunat status dan pasangan laki-laki jumlah pasangan seksual dan antara sunat status dan indeks risiko yang signifikan (P = 0,03 dan P = 0,02, masing-masing). 

DISKUSI

Dalam penelitian kami, laki-laki sunat dikaitkan dengan penis mengurangi risiko infeksi HPV pada pria. Kami juga menemukan hubungan terbalik antara sunat dan risiko kanker serviks signifikan di antara pasangan pria wanita yang terlibat dalam praktek-praktek seksual diketahui meningkatkan risiko infeksi HPV, seperti telah memiliki banyak pasangan seksual.

Penilaian keandalan dan validitas yang dilaporkan sendiri status sunat telah menghasilkan hasil yang tidak konsisten, dan potensi kesalahan klasifikasi status sunat dengan menggunakan metode ini telah menjadi perhatian utama dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Salah satu kekuatan dari studi kami adalah tingkat akurasi tinggi diri melaporkan status sunat. Pemeriksaan medis dari penis, dilakukan di 43 persen laki-laki, mengukuhkan diri melaporkan status sunat di 95 persen dari mereka yang diperiksa. Terbalik asosiasi dengan penis risiko terinfeksi HPV dan kanker leher rahim adalah serupa ketika status sunat diklasifikasikan menurut laporan diri atau pemeriksaan medis. Demikian juga, dengan mengesampingkan mata pelajaran yang tidak menjalani pemeriksaan penis (laki-laki dari Spanyol dan Kolombia) tidak mempengaruhi temuan material.

Sebuah keprihatinan potensial berkaitan dengan penelitian kami adalah kenyataan bahwa 65 persen dari laki-laki disunat dari Filipina. Hasil ini tidak terduga, karena sesi khitanan massal secara teratur dilakukan oleh banyak organisasi di negara itu dan kebanyakan anak laki-laki disunat sebelum pubertas. Kami melakukan analisis sekunder tidak termasuk orang-orang dari studi ini situs dan menemukan bahwa hasil yang hampir tidak berubah.

Beberapa studi telah melaporkan bahwa genital warts adalah lebih umum diantara orang-orang tak bersunat daripada di antara pria disunat tetapi penelitian lain belum mengkonfirmasi associations. ini, bukti menunjukkan Epidemiologi bahwa ketiadaan sunat pada saat kelahiran dan kehadiran phimosis, miskin kebersihan kelamin, genital warts, dan infeksi HPV adalah faktor risiko untuk penis cancer. Data lain menyatakan bahwa risiko kanker serviks berkurang di antara pasangan perempuan laki-laki yang disunat, tetapi studi ini dibatasi oleh jumlah kecil disunat laki-laki atau sensitivitas rendah dari metode yang digunakan untuk mendeteksi HPV DNA.40, 41,42

Sedikit yang diketahui tentang mekanisme yang penghapusan kulup dapat melindungi terhadap infeksi HPV. Data kami menunjukkan bahwa, meskipun sunat meningkatkan kemungkinan menjaga kebersihan penis yang baik, ada cara lain di mana sunat mengurangi risiko infeksi HPV penis.

Batang penis dan permukaan luar kulup ditutupi oleh epitel skuamosa berlapis keratin yang menyediakan rintangan pelindung terhadap infeksi HPV. Sebaliknya, lapisan mukosa kulup tidak keratin dan mungkin lebih rentan terhadap virus.43 Karena selama hubungan seksual kulup ditarik ke belakang, bagian dalam permukaan mukosa prepuce seluruhnya terkena cairan vagina. HPV mungkin akan diberikan akses ke sel basal melalui menit borok atau kecil Penghapusan abrasions.44 epitel kulup dapat memperkecil kemungkinan masuknya virus oleh penurunan tajam baik ukuran luas permukaan rentan terhadap HPV dan kemungkinan trauma mukosa selama hubungan seksual . Kelenjar penis yang disunat mempunyai tebal, cornified epitel, sehingga lebih tahan terhadap goresan dan kurang rentan terhadap masuknya HPV. Satu-satunya mukosa epitel dalam penis disunat di distal uretra, sebuah situs yang diketahui mengandung beberapa HPV komparatif terkait lesions.

Kami menemukan bahwa sunat laki-laki dapat mengurangi risiko kanker serviks dalam pasangan seks wanita sangat masuk akal karena beberapa alasan. Pertama, sunat dikaitkan dengan penurunan signifikan risiko infeksi HPV penis. Kedua, dan seperti yang ditunjukkan dalam analisis lebih lanjut data yang sama, penis infeksi HPV dikaitkan dengan empat kali lipat peningkatan risiko infeksi HPV serviks pada wanita pasangan (data tidak ditampilkan). Ketiga, infeksi HPV serviks dikaitkan dengan 77-kali lipat peningkatan risiko kanker servik.

Sebagai kesimpulan, penelitian kami telah memberikan bukti epidemiologi bahwa sunat laki-laki diasosiasikan dengan penurunan risiko infeksi HPV genital pada laki-laki dan dengan penurunan risiko kanker serviks pada wanita dengan risiko tinggi mitra seksual. Dengan demikian, sunat dapat dianggap sebagai kofaktor penting dalam sejarah alami infeksi HPV, karena hal itu dapat mempengaruhi risiko akuisisi dan transmisi HPV serta kanker serviks. Temuan-temuan ini konsisten dengan penelitian lain bahwa sunat laki-laki diasosiasikan dengan penurunan risiko infeksi HIV, kanker penis dan sejumlah menular seksual umum lainnya diseases. Mengingat efek di seluruh dunia penyakit ini pada kesehatan masyarakat, studi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah sunat rutin dapat mengurangi risiko infeksi HIV dan HPV dan penyakit menular seksual lainnya.

http://web.kedokteranislam.com/?p=593

Selasa, 24 November 2009

Kandungan Kimia Rokok dan Bahaya nya

Walaupun udah tahu rokok itu bahaya dan banyak zat beracun tetap aja, penikmat rokok sulit sekali untuk melepaskan kebiasaan merokok . Semoga aja info ini bisa mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok pembaca.

Merokok sangat berbahaya dan merusak kesehatan. Asap rokok bertanggung jawab terhadap lebih dari 85% kanker paru-paru dan berhubungan dengan kanker mulut, faring, laring, aesofagus, lambung, pankreas, mulut, saluran kencing, ginjal, ureter, kandung kemih dan usus. Asap rokok dihubungkan dengan leukemia. Bagian dari aspek karsinogenik dari asap rokok, berhubungan terhadap peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler (termasuk stroke), kematian tiba-tiba, tahanan jantung, penyakit pembuluh perifer dan aneurisme aorta

ZAT-ZAT BERACUN PADA ROKOK
Rokok mengandung kurang lebih 4000 lebih elemen-elemen dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Selain itu, dalam sebatang rokok juga mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya.
Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai berikut :
1. Karbon monoksida (CO).
Gas CO adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3 – 6%, gas ini dapat di hisap oleh siapa saja. Oleh orang yang merokok atau orang yang terdekat dengan si perokok, atau orang yang berada dalam satu ruangan. Seorang yang merokok hanya akan menghisap 1/3 bagian saja, yaitu arus yang tengah atau mid-stream, sedangkan arus pinggir (side – stream) akan tetap berada diluar. Sesudah itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi ia semburkan lagi keluar.
Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap rokok disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2 (oksigen). Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut atau spasme. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pembuluh darah akan terjadi dimana-mana. Di otak, di jantung, di paru, di ginjal, di kaki, di saluran peranakan, di ari-ari pada wanita hamil.
2. Nikotin
Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.5 – 3 ng, dan semuanya diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara 40 – 50 ng/ml. Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik. Hasil pembusukan panas dari nikotin seperti dibensakridin, dibensokarbasol, dan nitrosamin-lah yang bersifat karsinogenik. Pada paru, nikotin dapat menghambat aktivitas silia. Seperti halnya heroin dan kokain, nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi dan keterikatan fisik. Hal itulah yang menyebabkan mengapa sekali merokok susah untuk berhenti.
Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormon kathekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah. Jantung tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin meninggi, berakibat timbulnya hipertensi.
Efek lain merangsang berkelompoknya trombosit (sel pembekuan darah), trombosit akan menggumpal dan akhirnya akan menyumbat pembuluh darah yang sudah sempit akibat asap yang mengandung CO yang berasal dari rokok.
3. Tar
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Kadar tar pada rokok antara 0,5-35 mg per batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru-paru.
4. Kadmium
Kadmium adalah zat yang dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal.
5. Akrolein
Akrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna seperti aldehid. Zat ini sedikit banyak mengandung kadar alcohol. Artinya, akrolein ini adalah alcohol yang cairannya telah diambil. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan.
6. Amoniak
Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hydrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.
7. Asam Format
Asam format merupakan sejenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapat membuat lepuh. Cairan ini sangat tajam dan menusuk baunya. Zat ini dapat menyebabkan seseorang seperti merasa digigit semut.
8. Hidrogen Sianida/HCN
Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran pernapasan. Sianida adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja sianida dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian.
9. Nitrous Oxid
Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan rasa sakit. Nitrous oxide ini adalah sejenis zat yang pada mulanya dapat digunakan sebagai pembius waktu melakukan operasi oleh dokter.
10. Formaldehid
Formaldehid adalah sejenis gas tidak berwarna dengan bau tajam. Gas ini tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini juga sangat beracun keras terhadap semua organisme hidup.
11. Fenol
Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organic seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas enzim.
12. Asetol
Asetol adalah hasil pemanasan aldehid (sejenis zat yang tidak berwarna yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alcohol.
13. Hidrogen sulfida
Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen).
14. Piridin
Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat digunakan mengubah sifat alcohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.
15. Metil Klorida
Metil klorida adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu antara hydrogen dan karbon merupakan unsurnya yang utama. Zat ini adalah senyawa organic yang beracun.
16. Metanol
Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Meminum atau menghisap methanol mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian.


Kamis, 15 Oktober 2009

kiat sehat ala rasul

Rasulullah bersabda :
"Mu'min yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mu'min yang lemah ......"(HR Muslim)

Bagaimana agar senantiasa sehat seperti Rasulullah? Ikuti resepi berikut :

SELALU BANGUN SEBELUM SHUBUH
Rasul selalu mengajak ummatnya untuk bangun sebelum shubuh, melaksanakan sholat sunah dan sholat Fardhu, sholat shubuh berjamaah. Hal ini memberi hikmah yg mendalam antara lain :
- Berlimpah pahala dari Allah
- Kesegaran udara shubuh yg bagus utk kesehatan/ terapi penyakit TB
- Memperkuat pikiran dan menyehatkan perasaan

AKTIF MENJAGA KEBERSIHAN
Rasul selalu senantiasa rapi & bersih, tiap hari kamis atau Jumát beliau mencuci rambut2 halus di pipi, selalu memotong kuku, bersisir dan berminyak wangi.
"Mandi pada hari JUmát adalah wajib bagi setiap orang2 dewasa. Demikian pula menggosok gigi dan memakai harum-haruman"(HR Muslim)

TIDAK PERNAH BANYAK MAKAN
Sabda Rasul :
"Kami adalah sebuah kaum yang tidak makan sebelum lapar dan bila kami makan tidak terlalu banyak ( tidak sampai kekenyangan)"(Muttafaq Alaih)

Dalam tubuh manusia ada 3 ruang untuk 3 benda : Sepertiga untuk udara, sepertiga untuk air dan sepertiga lainnya untuk makanan. Bahkan ada satu tarbiyyah khusus bagi ummat Islam dg adanya Puasa Ramadhan untuk menyeimbangkan kesehatan

GEMAR BERJALAN KAKI
Rasul selalu berjalan kaki ke Masjid, Pasar, medan jihad, mengunjungi rumah sahabat, dan sebagainya.
Dengan berjalan kaki, keringat akan mengalir, pori2 terbuka dan peredaran darah akan berjalan lancar. Ini penting untuk mencegah penyakit jantung

TIDAK PEMARAH
Nasihat Rasulullah : "Jangan Marah" diulangi sampai 3 kali. Ini menunujukkan hakikat kesehatan dan kekuatan Muslim bukanlah terletak pada jasadiyah belaka, tetapi lebih jauh yaitu dilandasi oleh kebersihan dan kesehatan jiwa.
Ada terapi yang tepat untuk menahan marah :
- Mengubah posisi ketika marah, bila berdiri maka duduk, dan bila duduk maka berbaring
- Membaca Ta 'awwudz, karena marah itu dari Syaithon
- Segeralah berwudhu
- Sholat 2 Rokaat untuk meraih ketenangan dan menghilangkan kegundahan hati

OPTIMIS DAN TIDAK PUTUS ASA
Sikap optimis akan memberikan dampak psikologis yang mendalam bagi kelapangan jiwa sehingga tetap sabar, istiqomah dan bekerja keras, serta tawakal kepada Allah SWT

TAK PERNAH IRI HATI
Untuk menjaga stabilitas hati & kesehatan jiwa, mentalitas maka menjauhi iri hati merupakan tindakan preventif yang sangat tepat.

sumber : ukhuwah.or.id

Sabtu, 10 Oktober 2009

Anatomi dan Fisiologi dalam Kedokteran Islam

Anatomi merupakan cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan organisasi makhluk hidup. Anatomi bisa juga kerap disebut sebagai ilmu urai tubuh. Anatomi terdiri dari anatomi hewan atau zootomi dan anatomi tumbuhan aliasfitotomi. Tak hanya itu, ada juga beberapa cabang ilmu anatomi lain, yakni anatomi perbandingan, histologi, dan anatomi manusia.

Sedangkan, fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup. Singkatnya, fisiologi adalah pengetahuan tentang fungsi normal makhluk hidup. Fisiologi juga dibagi menjadi fisiologi tumbuhan dan fisiologi hewan tetapi prinsip dari fisiologi bersifat universal, tidak bergantung pada jenis organisme yang dipelajari.


Sebelum peradaban Islam hadir, studi anatomi telah dikembangkan para ilmuwan di Yunani. Salah satu ilmuwan terkemuka yang mengembangkan studi anatomi adalah Aelius Galenus atau Claudius Galenus alias Galen (129 SM– 200/217 SM) serta Hippocrates (460 SM – 370 SM). Ketika Islam mencapai kejayaannya, studi anatomi dikembangkan para saintis Muslim.

Para ilmuwan Muslim tak hanya mempelajari buku-buku yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, namun juga mengembangkan, mengkritisi serta menemukan sesuatu yang baru dalam studi anatomi. Ilmuwan masyhur bernama Abu Bakar Muhammad ibnu Zakariya Razi atau al-Razi (865 M- 925 M) berhasil mematahkan teori humorism yang dikemukakan oleh Galen.

Al-Razi merupakan dokter pertama yang menolak teori humorism Galen. Ia meragukan teori Galen itu pada abad ke-10 M. Rhazes mengkritik teori Galen yang menyatakan bahwa tubuh memiliki empat jenis "humor" (zat cair), yang menjadi kunci keseimbangan bagi kesehatan dan mengatur suhu tubuh secara.

Sang dokter Muslim mematahkan teori itu lewat sebuah percobaan. Ia memasukkan suatu cairan dengan temperatur berbeda ke dalam tubuh dengan peningkatan atau penurunan panas tubuh, yang mirip dengan suhu cairan tertentu.

Al-Razi mencatat bahwa minuman hangat akan meningkatkan panas tubuh ke derajat lebih tinggi dari suhu alami. Sehingga minuman akan memicu respons dari tubuh, bukan hanya mentransfer sendiri hangat atau dingin itu.

Dokter Muslim legendaris lainnya melakukan percobaan dalam bidang anatomi dan fisiologi adalah Ibnu Sina (980 M - 1037 M). ''Kontribusi ibnu Sina dalam studi fisiologi adalah mengenalkan eksperimen secara sistematis yang dituangkan dalam The Canon of Medicine," papar Katharine Park dalam karyanya berjudul Avicenna in Renaissance Italy: The Canon and Medical Teaching in Italian Universities after 1500 by Nancy G Siraisi.

Hal serupa juga dilakukan Ibnu al-Haitham (965 M - 1040 M). Bashar Saad dalam karyanya bertajuk "Tradition and Perspectives of Arab Herbal Medicine: A Review", Evidence-based Complementary and Alternative Medicine, menjelaskan, kontribusi al-Haitham dalam bidang anatomi dan fisiologi. Menurut Saad, sang ilmuwan Muslim terkemuka itu banyak melakukan perbaikan tentang proses persepsi penglihatan dalam Kitab Optik-nya, yang diterbitkan pada 1021 M.

"Dokter Muslim melakukan inivasi dan terobosan dalam bidang fisiologi, salah satunya dengan menggunaka hewan untuk percobaan,'' imbuh Saad. Malah, menurut Emile Savage-Smith dalam karyanya bertajuk Attitudes Toward Dissection in Medieval Islam, dokter Muslim di era kejayaan Islam juga menemukan ilmu pembedahan manusia.

Ibnu Zuhr atau Avenzoar (1091 M-1161 M) adalah salah seorang dokter Muslim perintis yang melakukan pembedahan manusia dan bedah mayat postmortem.

Studi anatomi dan fisiologi kemudian dikembangkan oleh dokter Muslim agung bernama Ibnu Nafis (1210 M -1288 M). Ia merupakan orang pertama yang secara akurat mendeskripsikan peredaran darah dalam tubuh manusia. Tak heran, jika Ibnu Nafis dikenal sebaga bapak fisiologi sirkulasi.

Prestasi dan pencapaian gemilang yang ditorehkan dalam binag fisiologi di abad ke-13 M itu telah mematahkan klaim Barat yang selama beberapa abad menyatakan bahwa Sir William Harvey dari Kent, Inggris yang hidup di abad ke-16 M, sebagai pencetus teori sirkulasi paru-paru.

Adalah fisikawan berkebangsaan Mesir, Muhyo Al- Deen Altawi yang berhasil menguak kiprah Al-Nafsi lewat risalah berjudul Commentary on the Anatomy of Canon of Avicenna. Menurut Altawi, kontribusi al-Nafis dalam dunia kedokteran tak hanya di bidang fisiologi. Ia juga dikenal sebagai dokter yang menyokong kedokteran ekperimental, postmortem otopsi, serta bedah manusia. Sejarah juga mencatat Al-Nafis sebagai dokter pertama yang menjelaskan konsep metabolisme. Tak heran bila dia lalu mengembangkan aliran kedokteran Nafsian tentang sistem anatomi, fisiologi, psikologi, dan pulsologi.

Aliran Nafsian yang dikembangkannya itu bertujuan untuk menggantikan doktrin- doktrin kedokteran yang dicetuskan pendahulunya yakni Ibnu Sina alias Avicena dan Galen – seorang dokter Yunani. Al-Nafis menilai banyak teori yang dikemukakan kedua dokter termasyhur itu keliru. Antara lain tentang denyut, tulang, otot, panca indera, perut, terusan empedu, dan anatomi tubuh lainnya.

Guna meluruskan teori dan doktrin kedok teran yang dianggapnya keliru itu, al-Nafsi lalu menggambar diagram yang melukiskan bagian-bagian tubuh yang berbeda dalam sistem fisiologi (kefaalan) yang dikembangkannya. Dalam Kitab Sharh al-Adwiya al-Murakkaba, al-Nafis mengomentari Canon of Medicine karya Ibnu Sina.

Dalam bidang fisiologi, al-Nafis mengungkapkan, ''Darah dari kamar kanan jantung harus menuju bagian kiri jantung, namun tak ada bagian apapun yang menjembatani kedua bilik itu. Sekat tipis pada jantung tidak berlubang.'' Al-Nafis pun menambahkan, ‘’Dan bukan seperti apa yang dipikirkan Galen, tak ada pori-pori tersembunyi di dalam jantung. Darah dari bilik kanan harus melewati vena arteriosa (arteri paru-paru) menuju paru-paru, menyebar, berbaur dengan udara, lalu menuju arteria venosa (vena paru-paru) dan menuju bilik kiri jantung dan bentuk ini merupakan spirit vital.’‘

Selain itu, al-Nafis secara tegas mengungkapkan, ‘’Jantung hanya memiliki dua kamar. Dan antara dua bagian itu sungguh tidak saling terbuka. Dan, pembedahan juga membuktikan kebohongan yang mereka ungkapkan. Sekat antara dua bilik jantung lebih tipis dari apapun. Keuntungan yang didapat dengan adanya sekat ini adalah, darah pada bilik kanan dengan mudah menuju paru-paru, bercampur dengan udara di dalam paru-paru, kemudian didorong menuju arteria venosa ke bilik kiri dari dua bilik jantung…”

Mengenai anatomi paruparu, Ibnu al-Nafis menulis, ’‘Paru-paru terdiri dari banyak bagian, pertama adalah bronkus, kedua adalah cabangcabang arteria venosa, dan ketiga adalah cabang-cabang vena arteriosa. Ketiganya terhubung oleh jaringan daging yang berongga.’


Pengakuan Barat terhadap Dokter Muslim

George Sarton, bapak sejarah Sains mengakui bahwa penemuan sirkulasi paru-paru yang dicapai Ibnu al-Nafis sangat penting artinya bagi dunia kedokteran. ‘’Jika kebenaran teori Ibnu al-Nafis terbukti, maka dia harus diakui sebagai salah seorang dokter yang telah memberi pengaruh terhadap William Harvey. Ibnu Al-Nafis adalah seorang ahli fisiologi terhebat di abad pertengahan,’‘ ungkap Sarton tanpa tedeng aling-aling.

Pengakuan yang sama juga diungkapkan Max Meyrholf, seorang ahli sejarah yang meneliti jejak kedokteran di dunia Arab.
Meyrholf pun berkata, ‘’Kita telah melihat bahwa Ibnu Al-Nafis telah mengungkapkan penampakan saluran antara dua jenis pembuluh paru-paru.’‘ Penemuan yang mengguncang itu, papar dia, ditemukan tiga abad sebelum Realdo Colombo (wafat 1559 M) – dokter Barat — mencetuskannya.

Dalam William Osler Medal Essay, Edward Coppola pun sepakat bahwa Ibnu al-Nafs adalah penemu sirkulasi paru-paru. Dalam esai itu, Coppola berkata, ‘’Teori sirkulasi paru-paru yang telah ditemukan Ibnu al-Nafis pada abad ke-13 M sungguh tak dapat terlupakan.

Berabad-abad speninggalannya, hasil investigasi anatomi yang dilakukannya telah banyak memberi pengaruh terhadap Realdo Colombo dan Valverde.

Malah, Encarta Encyclopedia 2003, secara tegas mematahkan klaim Barat yang selama berabad-abad mengklaim William Harvey se bagai pencetus teori sirkulasi paru-paru. Beri kut ini pernyataan Encarta Encyclope dia:
’‘Ibnu Al- Nafis begitu termasyhur lewat tulisan-tulis annya tentang fisilogi dan kedokteran. Kitab yang di tulisnya, Sharh Tashrih Al-Qanunmam pu men jelaskan sirkulasi paru-paru be berapa abad sebelum dokter Inggris, William Harver menjelaskan sirkulasi darah pada tahun 1628 M.’‘

Sementara itu, Joseph Schacht, mengungkapkan bahwa teori-terori yang diungkapkan Ibnu Al-Nafis begitu berpengaruh terhadap dokter-dokter di Barat. Selain itu, dia juga memuji Al-Nafis yang mampu melontarkan kritik terhadap Ibnu Sina dan Galen. Al-Nafis mampu mendirikan aliran kedokteran Nafsian dengan membuat penambahan bagian-bagian anatomi manusia. ‘’Kemungkinan Colombo telah mendalami teori-teori Ibnu Al-Nafis,’‘ papar Schacht.

Ahli sejarah lainnya, Taj al-Din al-Subki (wafat 1370 M ) dan Ibnu Qadi Shuhba pun mengakui kehebatan Al-Nafsi. Menurut keduanya, tak pernah ada dokter di dunia ini yang seperti Al-Nafis. ‘’Sebagian orang mengatakan tak ada lagi dokter yang hebat setelah Ibnu Sina selain Ibnu Al-Nafis. Namun, sebagian menyatakan bahwa Al-Nafis lebih baik dari Ibnu Sina,’‘ papar keduanya. she/hri/taq (Sumber: Republika.co.id, by Republika Newsroom, 23 Juli 2009).

Minggu, 16 Agustus 2009

Kedokteran Islam Mewarisi Obat Kanker

Al-Baitar adalah seorang ahli botani (tetumbuhan) dan farmasi (obat-obatan) pada era kejayaan Islam. (SuaraMedia News)Kanker merupakan penyakit mematikan yang ditakuti umat manusia. Badan kesehatan dunia, WHO memperkirakan pada 2010, kanker akan menjadi penyakit penyebab kematian nomor wahid di dunia mengalahkan serangan jantung. Menurut prediksi WHO, pada 2030, akan ada 75 juta orang yang terkena kanker di seluruh dunia.

Sejatinya, kanker bukanlah penyakit baru. Di era kejayaan peradaban Islam, para dokter Muslim telah mampu mendiagnosis dan mengobati penyakit kanker. Tak hanya itu, dokter Muslim, seperti Ibnu Sina dan al-Baitar pun telah menemukan obat untuk menyembuhkan penyakit yang mematikan itu.

Adalah al-Baitar, seorang ilmuwan Muslim abad ke-12 M yang berhasil menemukan ramuan herbal untuk meng obati kanker bernama Hindiba. Ramuan Hindiba yang ditemukan al-Baitar itu mengandung zat antikanker yang juga bisa menyembuhkan tumor dan ganguan-gangguan neoplastic.

Kepala Departemen Sejarah dan Etika, Universitas Istanbul, Turki, Prof Nil Sari dalam karyanya Hindiba: A Drug for Cancer Treatment in Muslim Heritage, telah membuktikan khasiat dan kebenaran ramuan herbal Hindiba yang ditemukan al-Baitar it
u. Ia dan sejumlah dokter lainnya telah melakukan pengujian secara ilmiah dan bahkan telah mempatenkan Hindiba yang ditemukan al-Baitar.

Menurut Prof Nil Sari, Hindiba telah dikenal para ahli pengobatan (pharmacologis) Muslim, serta herbalis di dunia Islam. Umat Muslim telah menggun
akan ramuan untuk menyembuhkan kanker jauh sebelum dokter di dunia Barat menemukannya, ungkap Prof Nil Sari.

Setelah melakukan pengujian secara ilmiah, Prof Nil Sari menyimpulkan bahwa, Hindiba memiliki kekuatan untuk mengobati berbagai penyakit. Hindiba dapat membersihkan hambatan yang terdapat pada saluran-saluran kecil di dalam tubuh, khususnya dalam sistem pencernaan. Tapi domain yang paling spektakuler adalah kekuatannya yang dapat menyembuhkan tumor ungkapnya.

Untuk melacak khasiat dan ramuan Hindiba, Prof Nil Sari pun melakukan penelitian terhadap literatur pengobatan masa lalu. Ia melacak d
ua masterpiece ilmuwan Muslim, yakni Ibnu Sina lewat Canon of Medicine serta ensiklopedia tanaman yang ditulis al-Baitar.

Ketika kami melihat teks lama secara lebih dekat, kami melihat adanya kebenaran yang sedikit sekali kami ketahui tentang ramuan tanaman (herbal) di masa lalu,ungkapnya. Dalam teks peninggalan kejayaan Islam itu dijelaskan bahwa Hindiba dan berbagai jenis herbal lainnya dibagi menjadi dua kelompok utama, yakni herbal yang diolah dan herbal yang tak diolah.

Menurut teks peng
obatan kuno, keampuhan pengobatan kanker dengan menggunakan Hindiba didasarkan atas pertimbangan teoritis pengobatan, yakni efek obat-obatan medis beroperasi sesuai dengan sifat dari konstituen. Menurut Prof Nil, konstituen yang dihasilkan dari dekomposisi akan memiliki efek yang disebut energi. Potensi kualitas panas dan dingin dalam sifat obat akan keluar sebagai hasil dekomposisi dalam tubuh.

Komponen aktif komponen alami yang panas akan segera bereaksi. Akan tersebar melalui jaringan secara efektif. Konstituen panas bereaksi sebelum konstituen dingin dan membersihkan hambatan dalam saluransaluran kecil pada bagian tubuh dan memperlancar penyebaran konstituen dingin. Kemudian, unsur dingin itu datang dan mulai berfungsi menjalankan fungsinya.

Dalam risalah kedokteran berbahasa Arab, peninggalan era keemasan Islam, disebutkan bahwa semua jenis pembengkakan seperti kutil atau benjolan telah menyebabkan gangguan pada saluran. Sedangkan kanker digambarkan sebagai massa yang keras. Diidentifikasi sebagai pembengkakan yang keras, kanker berkembang dari kecil kemudian menjadi besar ditambah dengan rasa sakit.

Mengutip catatan Ibnu
Sina dalam Canon of Medicine, Prof Nil Sari mengungkapkan, tumor atau kanker, bila di biarkan akan semakin bertambah ukur annya. Sehingga kanker itu akan menyebar dan merusak. Akarnya dapat menyusup di antara elemen jaringan tubuh. Prof Nil Sari menemukan gambaran serupa tentang kanker dalam manuskrip pengobatan di era Usmani.

Menurut Ibnu Sina, tumor digolongkan menjadi dua, yakni tumor panas dan dingin. Tumor yang berwarna dan terasa hangat saat disentuh bias
anya disebut tumor panas, sementara tumor yang tidak berwarna dan terasa hangat disebut tumor dingin. Ibnu Sina menyebut kanker sebagai bentuk tumor yang berada di antara tumor dingin.

Khasiat Hindiba diteliti Prof Prof Nil Sari dengan menyajikan data yang mendalam mengenai latar belakang teori percobaan invivo dan invitro dengan sari herbal dari Turki. Ia memulai dari filsafat Turki Usmani, yang berakar dari pengobatan Islam. Dalam karyanya ini, disebutkan bahwa obat Cichorium intybus L dan Crocus sativus L diidentifikasi sebagai alternatif tanaman yang identik satu sama lain yang merupakan komponen aktif untuk pengobatan kanker.

Prof Nil Sari dan rekannya Dr Hanzade Dogan mencampurkan C intybus L dan kunyit (saffron) dari Safranbolu, seperti yang dijelaskan teks pengobatan lama. Yang lebih menarik adalah hasil penelitian laboratorium kami yang menunjuk kan bahwa dari ekstrak C intybus L yang ditemukan menjadi paling aktif pada kanker usus besar, ujar Prof Nil Sari.

Menurut dia, Hindiba terbukti sangat efektif mengobati kanker. Sayangnya, kata dia, pada zaman dahulu, Hindiba lebih banyak disarankan sebagai obat untuk perawatan tumor. Hal itu terungkap dalam kitab Ibnu al-Baitar. Menurut al-Baitar, jika ramua
n Hindiba dipanaskan, dan busanya diambil dan disaring kemudian diminum akan bermanfaat untuk menyembuhkan tumor.

Pakar pengobatan di era Kesultanan Turki Usmani, Mehmed Mumin, mengung kapkan bahwa Hindiba bisa meng obati tumor dalam organ internal. Namun, lebih sering dianjurkan untuk perawatan tumor pada tenggorokan. Jika kayu ma nis di campurkan pada jus Hindiba (khu sus yang diolah dengan baik) dapat digunakan un tuk obat kumurkumur serta ber manfaat pula untuk perawatan tumor, sakit dan radang tenggorokan.

Al-Baitar: Sang Penemu Hindiba


Ramuan Hindibia yang ditemukan al-Baitar itu mengandung zat antikanker yang juga bisa menyembuhkan tumor dan gangguan neoplastic.

Abu Muhammad Abdallah Ib
n Ahmad Ibn al-Baitar Dhiya al-Din al-Malaqi, itulah nama lengkap ilmuwan Muslim legendaris yang biasa dipanggil al-Baitar. Ia adalah seorang ahli botani (tetumbuhan) dan farmasi (obat-obatan) pada era kejayaan Islam. Terlahir pada akhir abad ke-12 M di kota Malaga (Spanyol), Ibnu Al-Baitar menghabiskan masa kecilnya di tanah Andalusia tersebut.

Minatnya pada tumbuh-tumbuhan sud
ah tertanah semenjak kecil. Beranjak dewasa, dia pun belajar banyak mengenai ilmu botani kepada Abu al-Abbas al-Nabati yang pada masa itu merupakan ahli botani terkemuka. Dari sinilah, al-Baitar pun lantas banyak berkelana untuk mengumpulkan beraneka ragam jenis tumbuhan.

Tahun 1219 dia meninggalkan Spanyol untuk sebuah ekspedisi mencari ragam tumbuhan. Bersama beberapa pembantunya, al-Baitar menyusuri sepanjang pantai utara Afrika dan Asia Timur Jauh. Tidak diketahui apakah jalan darat atau laut yang dilalui, namun lokasi utama yang pernah disinggahi antara lain Bugia, Qastantunia (Konstantinopel), Tunisia, Tripoli, Barqa dan Adalia. Setelah tahun 1224 al-Baitar bekerja untuk al-Kamil, gubernur Mesir, dan di percaya menjadi kepala ahli tanaman obat.

Tahun 1227, al-Kamil meluaskan kekuasaannya hingga Damaskus dan al-Baitar selalu menyertainya di setiap perjalanan. Ini sekaligus dimanfaatkan untuk banyak mengumpulkan tumbuhan. Ketika tinggal beberapa tahun di Suriah, Al-Baitar berkesempatan mengadakan penelitian tumbuhan di area yang sangat luas, termasuk Saudi Arabia dan Palestina, di mana dia sanggup mengumpul kan tanaman dari sejumlah lokasi di sana. Sumbangsih utama Al-Baitar adalah Kitab al-Jami fi al-Adwiya al- Mufrada.

Buku ini sangat populer dan merupakan kitab paling terkemuka mengenai tumbuhan dan kaitannya dengan ilmu pengobatan Arab. Kitab ini menjadi rujukan para ahli tumbuhan dan obat-obatan hingga abad ke-16. Ensiklopedia tumbuhan yang ada dalam kitab ini mencakup 1.400 item, terbanyak adalah tumbuhan obat dan sayur mayur termasuk 200 tumbuhan yang sebelumnya tidak diketahui jenisnya. Kitab tersebut pun dirujuk oleh 150 penulis, kebanyakan asal Arab, dan dikutip oleh lebih dari 20 ilmuwan Yunani sebelum diterjemahkan ke bahasa Latin serta dipublikasikan tahun 1758. Karya fenomenal kedua Al-Baitar adalah Kitab al-Mughni fi al-Adwiya al-Mufradayakni ensiklopedia obat-obatan.

Obat bius masuk dalam daftar obat terapetik. Ditambah pula dengan 20 bab tentang beragam khasiat tanaman yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Pada masalah pembedahan yang dibahas dalam kitab ini, Al-Baitar banyak dikutip sebagai ahli bedah Muslim ternama, Abul Qasim Zahrawi. Selain bahasa Arab, Baitar pun kerap memberikan nama Latin dan Yunani kepada tumbuhan, serta memberikan transfer pengetahuan.

Kontribusi Al-Baitar tersebut merupakan hasil observasi, penelitian serta peng klasifikasian selama bertahun-tahun. Dan karyanya tersebut di kemudian hari amat mempengaruhi perkembang an ilmu botani dan kedokteran baik di Eropa maupun Asia. Meski karyanya yang lain K itab Al-Jamibaru diterjemahkan dan dipublikasikan ke dalam bahasa asing, namun banyak ilmuwan telah lama mempelajari bahasan-bahas an dalam kitab ini dan memanfaatkannya bagi kepentingan umat manusia.(rpb) www.SuaraMedia.com

Terapi Warna, Buah Karya Ilmu Kedokteran Islam

Terapu kuna yang diwariskan oleh para ahli kedokteran dalam islam. (SuaraMedia News)

Terapi kuno yang diwariskan oleh para ahli kedokteran dalam islam. (SuaraMedia News)

Islam mewariskan khazanah ilmu pengetahuan yang sangat kaya kepada peradaban modern. Berbagai macam penemuan para ilmuan Islam masih tetap berlaku dan dikembangkan hingga saat ini.

Mulai dari bidang pertanian, pertambangan, kesenian, ilmu-ilmu sosial, kedokteran, hingga manajemen pelayanan pos, merupakan tindak lanjut dari warisan Islam.

Di bidang kedokteran, banyak dokter Muslim berhasil menciptakan metode-metode pengobatan. Mereka berhasil menemukan aneka terapi untuk menyembuhkan ragam jenis penyakit. Salah satunya adalah terapi warna atau lebih dikenal kromoterapi.

Kromoterapi merupakan metode perawatan penyakit dengan menggunakan warna-warna. Terapi ini merupakan terapi suportif yang dapat mendukung terapi utama. Menurut praktisi kromoterapi, penyebab dari beberapa penyakit dapat diketahui dari pengurangan warna-warna tertentu dari sistem dalam tubuh manusia.

Kromoterapi, kadang-kadang disebut terapi warna atau colorology, merupakan metode obat alternatif. Dengan kata lain, seorang dokter (praktisi terapi) yang terlatih dalam kromoterapi dapat menggunakan warna dan cahaya untuk menyeimbangkan energi dalam tubuh seseorang yang mengalami kekurangan baik fisik, emosi, spiritual, maupun mental. Terapi cahaya terbukti dapat meringankan penyakit depresi yang tinggi.

Ahli kromoterapi menyatakan, mereka melakukan praktik sesuai dasar ilmiah. Menurut hasil penelitian mereka, warna membawa reaksi emosional manusia.

Standar metode diagnosa menggunakan “tes warna luscher”, dikembangkan oleh Max Luscher ( 1923) pada awal 1900-an. Saat kromoterapi dilakukan, warna dan cahaya diterapkan ke daerah-daerah tertentu pada tubuh. Warna terkait dengan efek positif dan efek negatif. Dalam terapi warna, warna spesifik serta jumlah warna dianggap penting dalam penyembuhan.

Beberapa alat yang digunakan untuk menerapkan warna adalah batu permata, lilin, tongkat wasiat, prisma, kain tenun warna, dan kaca/lensa warna. Terapeutik (pengobatan) warna dapat diadministrasikan dalam beberapa cara, tetapi sering dikombinasikan dengan hidroterapi (terapi air) dan aromaterapi (terapi aroma/wewangian) dalam upaya untuk mempertinggi efek terapeutik.

Ibnu Sina dan Terapi Warnaalt
Menurut catatan sejarah, terapi warna diperkirakan berasal dari tradisi India kuno, yang diajarkan dalam Ayurveda. Masyarakat India sudah mempraktikkan terapi tersebut sejak ribuan tahun silam. Sumber sejarah lain menyebutkan, terapi ini berasal dari tradisi Cina dan Mesir kuno. Dijelaskan bahwa orang Mesir kuno telah membangun solarium, sejenis kamar, yang dipasangi dengan kaca jendela berwarna. Matahari akan bersinar melalui kaca dan pasien dibanjiri dengan warna.

Dalam sebuah artikel yang ditulis Michelle Caldwel, Smallpox: Is the Cure Worse Than the Disease?, disebutkan pada akhir abad ke-19 M, penderita penyakit cacar di Eropa dirawat di ruang yang ditutupi dengan kain berwarna merah untuk menyembuhkan pasien.

Terapi serupa telah dipraktikkan oleh dokter Muslim pada abad ke-10 M. Tokoh Islam yang memperkenalkan kromoterapi adalah Ibnu Sina (980 M-1037 M), yang dikenal oleh masyarakat Barat dengan nama Avicenna. Kurang lebih sembilan abad sebelum orang Barat mengenal kromoterapi, Ibnu Sina sudah menggunakan warna sebagai salah satu sarana penting dalam mendiagnosa (mengenali) penya kit dan untuk pengobatan.

Di dalam adikaryanya yang berjudul Al-Qanun fi At-Thibb (The Canon of Medicine), Ibnu Sina mengungkapkan bahwa warna merupakan gejala yang nampak dalam penyakit. Ia juga telah berhasil mengembangkan grafik hubungan antara warna dengan suhu tubuh dan kondisi fisik tubuh.

Ibnu Sina juga melakukan klasifikasi warna dan fungsi-fungsinya dalam proses penyembuhan si sakit. Ia mengemukakan bahwa warna merah memindahkan darah, biru atau putih mendinginkan, dan kuning mengurangi rasa sakit pada otot dan radang mata. Ibnu Sina adalah orang pertama yang membuktikan bahwa warna yang salah yang digunakan untuk terapi dapat menyebabkan tidak adanya respons dalam penyakit yang spesifik.

Warna yang salah selama proses terapi tidak akan mendapat respons dari penyakit tertentu, ujarnya dalam Al-Qanun fi At-Thibb. Diceritakan oleh Samina T. Yousuf Azeemi dan S. Mohsin Raza dalam A Critical Analysis of Chromotherapy and Its Scientific Evolution, Ibnu Sina suatu saat mengamati orang yang mimisan/hidung berdarah. Menurutnya, orang yang mimisan seharusnya tidak melihat warna merah yang mencolok dan tidak boleh terkena sorot lampu merah. Warna merah akan mendorong cairan sanguin (sanguineous humor). Orang mimisan, menurut Ibnu Sina, harus melihat warna biru. Berbeda dengan warna merah, warna biru akan meringankan dan mengurangi aliran darah.

Mengenal chakra alt
Di dalam tradisi India, dikenal yang namanya chakra, yakni titik atau simpul energi dalam tubuh manusia. Menurut konsep chakra, kesehatan adalah kesatuan menjaga keseimbangan fisik dan emosi. Di India, sekelompok ahli pengobatan Ayurvedic menjelaskan, warna yang terkait dengan tujuh chakra utama, yang menurut sistem mereka merupakan pusat rohani di tubuh, terletak di sepanjang tulang belakang, jelas Dorothy Parker, dalam karyanya Color Decoder.

Terdapat tujuh chakra dan masing-masing terkait dengan organ tertentu dalam tubuh. Tiap chakra memiliki warna dominan, tetapi ini dapat menjadi warna yang tidak seimbang. Jika hal ini terjadi dapat menyebabkan penyakit dan percabangan fisik lainnya, kata Dorothy Parker.

Dengan memperkenalkan warna yang sesuai, penyakit ini dapat diperbaiki. Ketujuh chakra tersebut adalah, pertama, warna merah, terletak di bagian bawah tulang belakang. Warna ini digunakan untuk merangsang tubuh dan pikiran serta meningkatkan sirkulasi. Kedua, warna orange, terletak di daerah panggul. Digunakan untuk menyembuhkan paru-paru dan untuk meningkatkan energi. Ketiga, warna kuning, terletak pada solar kekusutan. Digunakan untuk mendorong urat dan membersihkan tubuh. Keempat, warna hijau, terletak di jantung. Kelima, warna biru, terletak di tenggorokan. Digunakan untuk mengobati penyakit dan meringankan rasa sakit. Keenam, warna indigo, yakni di bagian rendah pada dahi. Digunakan untuk meringankan masalah kulit. Ketujuh, warna violet, terletak di atas kepala.

Meskipun kromoterapi telah dibuktikan manfaatnya oleh Ibnu Sina dan tradisi India, namun tidak membuatnya bebas dari kritik. Beberapa kritikus kromoterapi me lontarkan pandangan bahwa ilmu kedokteran ini adalah palsu belaka. Mereka juga menuturkan belum ada bukti bah wa warna adalah unsur kunci dalam proses penyembuhan bagi si sakit.

Ibnu Sina, Dokter Muslim yang Mengajarkan Kromoterapi

Bapak Pengobatan Modern, begitulah sebagian orang menjulukinya. Ibnu Sina yang di dunia Barat dikenal dengan nama Avicenna, disebut-sebut sebagai dokter Muslim pertama yang menerapkan kromoterapi dalam pengobatannya. Hal tersebut dicantumkan dalam karyanya Al-Qanun fi At-Thibb (The Canon of Medicine).

Dia mempelajari kedokteran sejak usia 16 tahun. Bahkan memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18. Dalam dunia kedokteran, ia tak hanya mempelajari teori kedokteran, tetapi juga pera watan/pelayanan pada orang sakit. Melalui perhitungannya sendiri, ia menemukan metode-metode baru dari perawatan/pengobatan.

Ibnu Sina mengatakan, ''Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan fisika sehingga saya cepat memperoleh kemajuan. Saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien menggunakan obat-obat yang sesuai.

Selain mendapat gelar Bapak Pengobatan Modern, masih banyak lagi predikat kehormatan yang diterimanya di bidang kedokteran. Itu terkait dengan ke agungan karya-karya yang telah beliau hasilkan. Karyanya yang sangat terkenal adalah Al-Qanun fi At-Thibb (The Canon of Medicine) yang merupakan rujukan utama di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Avicenna yang juga dikenal sebagai seorang filsuf dan ilmuwan dilahirkan tahun 980 M di Afsyahnah dekat Bukhara, Persia (sekarang masuk wilayah Uzbekistan). Nama lengkapnya adalah Abu Ali al-Husayn bin Abdullah bin Sina. Ia menghembuskan nafas terakhirnya pada bulan Juni 1037 M di Hamadan, Persia (Iran).

Ibnu Sina merupakan tokoh Muslim yang sangat produktif. Karya-karyanya tidak terbatas di bidang kedokteran saja, melainkan juga di bidang filsafat, matematika, logika, akhlak, dan fisika. Total ada sekitar 450 karya yang sampai ke tangan generasi sekarang. Menurut George Sarton, Ibnu Sina merupakan ilmuwan hebat dan paling terkenal dari dunia Islam pada semua bidang, tempat, dan waktu.(rpb)

www.suaramedia.com

Qotb al-Din Shirazi, Ilmuwan Muslim Terkemuka di Abad 13 M

Dia terkenal sangat luas pengetahuannya. Pada masa itu, dia dikenal sebagai sosok yang pandai dan memiliki rasa humor yang tinggi. (SuaraMedia News)

Dia terkenal sangat luas pengetahuannya. Pada masa itu, dia dikenal sebagai sosok yang pandai dan memiliki rasa humor yang tinggi. (SuaraMedia News)

Ilmuwan asal Persia di abad ke-13 M ini dikenal sebagai seorang penyair, namun kontribusinya bagi pengembangan sains sungguh sangat besar. Saintis bernama Qotb al-Din Shirazi itu telah menyumbangkan pikirannya dalam bidang astronomi, matematika, kedokteran, fisika, teori musik, filsafat dan sufi.

Shirazi terlahir di kota Shiraz pada Oktober 1236 M. Ia dibesarkan dalam sebuah keluarga yang memegang teguh tradisi sufisme. Sang ayahnya, Zia 'al-Din Mas'ud Kazeruni sangat masyhur sebagai seorang ahli fisika dan dokter, sekaligus seorang pemimpin sufi Kazeruni.

Zia 'al-Din menerima jubah sufi dari Shahab Omar al-Din Suhrawardi. Kemudian jubah tersebut diberikan Shirazi ketika masih berusia 10 tahun. Sejak itulah, Shirazi menggunakan jubah sufi sebagai berkat dari ayahnya. Selanjutnya, ia juga menerima jubah dari tangan Najib al-Din Bozgush Shirazni, seorang sufi terkenal saat itu.

Minatnya untuk mempelajari sains telah tumbuh sejak kecil. Ia menimba ilmu pengobatan/kedokteran dari ayahnya. Saat ia masih kecil, ayahnya telah mempraktikkan dan mengajarkan pengobatan di Rumah Sakit Mozaffari di Shiraz. Menginjak usia 14 tahun, Shirazi sudah dianggap sang ayah menguasai ilmu kedokteran/pengobatan.

Setelah Shirazi menguasai ilmu kedokteran, sang ayah tutup usia. Tugas ayahnya di rumah sakit pun dibebankan kedanya. Ia menggantikan ayahnya menjadi seorang dokter atau ahli pengobatan mata di Rumah Sakit Mozaffari di Shiraz.

Untuk memperdalam kemampuannya di bidang kedokteran, ia berguru pada sejumlah dokter senior seperti Kamal al-Din Abu'l Khayr, Sharaf al-Din Bushkani Zaki dan Shams Al-Din Mohammad Kishi. Ketiganya merupakan dokter yang menguasai buku Canon of Medicine karya seorang ilmuwan Muslim legendaris, Ibnu Sina.

Setelah satu dasawarsa menunaikan kewajibannya sebagai seorang dokter, Shirazi memutuskan untuk berhenti. Ia lalu mulai mencurahkan waktu untuk pendidikan lanjutan di bawah bimbingan seorang astronom terkemuka, Nasir al-Din al-Tusi. Ia rela meninggalkan kampung halamannya demi berguru pada Nasir al-Din al-Tusi yang membangun observatorium Maragha.

Dia meninggalkan kota Shiraz pada 1260 M dan tiba di Maragha sekitar tahun 1262 M. Shirazi pun memutuskan untuk bekerja di observatorium itu. Di Maragha, Qotb al-din melanjutkan pendidikannya di bawah pimpinan Nasir al-Din al-Tusi, yang juga merupakan gurunya dalam mempelajari Al-Esharat wa'l-Tanbihat yang ditulis Ibnu Sina.

Al-Shirazi kerap berdiskusi dengan gurunya untuk membahas berbagai kesulitan yang dihadapinya dalam belajar. Sebagai seorang ilmuwan, Shirazi pun berhasil menguasai buku Canon of Medicine dan memberi komentar atas karya Ibnu Sina yang dikenal sebagai dokter agung itu.
Ia terinspirasi untuk memberi komentar terhadap hasil karya Ibnu Sina itu, setelah membaca komentar Fakhr al-Din Razi pada Canon of Medicine. Saat bekerja di observatorium, ia juga mempelajari astronomi. Salah satu proyek ilmiah penting yang turut diselesaikannya bersama al-Tusi adalah pembuatan tabel astronomi baru dalam buku astronomi Zij. Pada surat wasiatnya, al-Tusi memberi nasihat kepada putranya Sil-a-Din untuk bekerja dengan Shirazi dalam menyelesaikan Tabel Zij.

Shirazi menetap di Maragha dalam waktu singkat. Kemudian dia hijrah ke Khurasan pada dan belajar kepada Najm al-Din Katebi Qazvini, di kota Jovayn. Ia pun menjadi asisten sang guru. Beberapa saat setelah tahun 1268 M, ia berpergian ke Qazvin, Isfahan, Baghdad dan kemudian di Konya Anatolia.

Menurut catatan sejarah, saat itu Shirazi sempat bertemu dengan penyair Persia Jalal Al-Din Muhammad Balkhi (Rumi) yang sangat terkenal. Di Konya, dia mempelajari Jam'e al-Osul dari Ibnu Athir serta Sadr al-Din Qunawi. Gubernur Konya, Mo'in al-Din Parvana, mengangkat al-Shirazi sebagai hakim dari Sivas dan Malatya.

Pengangkatan itu terjadi seiring dengan usahanya menyusun buku Meftah al-meftah, khtiarat al-mozaffariya, dan komentarnya tentang Sakkaki. Pada 1282 M, dia menjadi utusan Ilkhanid Ahmad Takudar ke Sayf al-Din Qalawun, penguasa Mamluk di Mesir. Dalam suratnya kepada Qalawun, penguasa Ilkhanid menyebut Shirazi sebagai seorang ketua hakim.

Di akhir hayatnya, al-Shirazi sangat aktif mengajarkan buku Canon of Medicine dan Shefa yang ditulis Ibnu Sina kepada murid-muridnya di Suriah. Ia lalu hijrah ke Tabriz. Shirazi meninggal sekitar 1311 M. Ia dimakamkan di kota Carandab. Selama hidupnya, ia dikenal sebagai seorang ilmuwan yang tak pernah puas untuk belajar.

Hal itu dibuktikannya dengan menggunakan 24 tahun masa hidupnya untuk belajar kepada sejumlah guru. Tak heran, jika dia terkenal sangat luas pengetahuannya. Pada masa itu, dia dikenal sebagai sosok yang pandai dan memiliki rasa humor yang tinggi. Dia juga seorang pemain catur yang andal serta piawai memainkan alat musik bernama Rabab, sebuah instrumen favorit dari penyair Persia, Rumi.

Dia dan gurunya Nasir Al-Din Tusi mengkritisi Almagest-nya Ptolemy. Dia juga meneruskan belajar optik dari Alhazen. Shirazi juga dikenal sebagai ilmuwan yang memberi penjelasan yang benar untuk formasi dari pelangi, yang dijabarkan oleh para pelajar di Kamal al-Din Al-Farisi. Selain astronomi dia menulis tentang obat serta matematika. desy susilawati


Karya Sang Ilmuwan

Ilmuwan Muslim yang tak pernah henti menuntut ilmu itu memberikan sejumlah kontribusi bagi dunia ilmu pengetahuan dalam beberapa bidang lainnya. Ia telah berjasa menyumbangkan pemikirannya bagi pengembangan matematika, geografi, astronomi, psikologi, teologi, agama, filsafat maupun bidang pengobatan.

Matematika
Dalam bidang matematika, ia menghasilkan sebuah karya fenomenal bertajuk Tarjoma-ye Tahrir-e Oqlides. Ini merupakan sebuah karya dalam bidang geometri yang ditulis dalam bahasa Persia yang dituangkan dalam 15 bab. Sebagian besar buku itu berisi terjemahan dari karya Nasir Al-Din Tusi. Karya ini selesai dikerjakan pada November 1282 M dan didedikasikan untuk Mo'in al-Din Solayman Parvana. Ia juga menghasilkan karya Risala fi Harkat al-Daraja, sebuah karya dalam bidang matematika.

Geografi dan Astronomi
Sedangkan dalam bidang astronomi, Shirazi menghasilkan Ektiarat e-mozaffari. Ini merupakan risalah mengenai astronomi di Persia yang dituangkannya dalam empat bab dan diekstraksikan dari karyanya yang lain Nehayat al-Edrak. Karya telah didedikasikan untuk Mozaffar-al-Din Bulaq Arsalan.

Fi harakat al-dahraja wa'l-nesba bayn al-mostawi wa'l-monhani merupakan karya lainnya yang berupa sebuah tulisan sebagai lampiran untuk Nehayat al-Edrak. Selain itu dia juga menulis kitab al-Tuhfat al-Shahiya yang diselesaikannya pada 1284 M. "Keduanya dipersembahkan untuk model pergerakan planet dan peningkatan pada prinsip Ptolemy," tutur ES Kennedy dalam karyanya bertajuk Late Medieval Planetary Theory.

Karya lain dalam bidang astronomi adalah Ketab fa'alta wa la talom fi’l-hay'a, sebuah karya berbahasa Arab dalam bidang astronomi, ditulis untuk Asil-al-Din, anak dari Nasir al-Din Tusi. Karya lainnya dalam bidang astronomi adalah Šarh Tadkera Nasiriya.

Filsafat
Dalam bidang filsafat, ia mampu menghasilkan sebuah karya bertajuk Dorrat al-taj fi gorrat al-dabbaj. Karya Qutb al-Din Al-Shirazi yang paling terkenal adalah Durrat al-Taj li-ghurratt al-Dubaj ditulis dalam bahasa Persia sekitar AD 1306 (705 H). Kitab itu merupakan
sebuah ensiklopedia filsafat yang ditulis untuk Rostam Dabbaj, penguasa tanah Gilan di Iran.

Kitab itu juga membahas pandangan filosofis tentang ilmu alam, teologi, logika, urusan publik, etnis, mistik, astronomi, matematika, aritmatika dan musik. Ia juga menghasilkan Sarh Hekmat al-esraq Sayk Sehab-al-Din Sohravardi, sebuah karya filsafat dan mistik Shahab al-Din Suhrawardi dan filsafat illuminasinya dalam bahasa Arab.

Pengobatan
Pada bidang pengobatan, ia menghasilkan kitab Al-Tohfa al-sa'diya jufa, sebuah komentar lengkap terhadap Canon of Avicenna yang ditulis dalam bahasa Arab. Adapula Resala fi’l-Baras, sebuah risalah pengobatan dalam penyakit kusta atau lepra dalam bahasa Arab. Selain itu, ia juga menghasilkan Resala fi bayan al-hajat ela’l-tebb wa adab al-atebba wa wasaya-hom.

Bidang Lainnya
Dalam bidang agama, sufi, teologi, retorika, dan lainnya, Shirazi menghasilkan karya Al-Entesaf, serta Fath al-Mannan fi tafsir al-Qor'an, sebuah komentar/tafsir Alquran yang ditulis dalam empat puluh jilid berbahasa Arab. Tak hanya itu, dalam bidang teologi dia juga membuat karya bertajuk Hasia bar Hekmat al-'ayn, sebuah komentar dari Hekmat al-Iayn yang dtulis Najm-al-Din 'Ali Dabiran Katebi.

Ia juga menulis Moskelat al-e'rab, Moskelat al-tafasir serta atau Moskelat al-Qor'an.
Ilmuwan yang satu ini juga menulis Meftah al-Meftaha, sebuah komentar pada bagian ketiga Meftah' al-'olum, sebuah buku tentang tata bahasa Arab dan retorika yang ditulis Abu Ya'qub Seraj-al-Din Yusof Skkaki Khwarizmi.(rpb) www.suaramedia.com

Aromaterapi Warisan Ilmu Dalam Peradaban Islam

hli kimia Muslim legendaris bernama Yakub al-Kindi (803-870 M) dalam bukunya bertajuk Perfume Chemistry and Dis tillation telah mampu men ciptakan bera gam jenis minyak esensial. (SuaraMedia News)

Ahli kimia Muslim legendaris bernama Yakub al-Kindi (803-870 M) dalam bukunya bertajuk Perfume Chemistry and Dis tillation telah mampu men ciptakan bera gam jenis minyak esensial. (SuaraMedia News)

Jika dunia Barat baru mengenal dan mengembangkan aromaterapi pada awal abad ke-20 M, peradaban Islam telah mengembangkannya 13 abad lebih awal. Sebelum kimiawan berkebangsaan Prancis, Rene-Maurice Gattefosse memperkenalkan aromaterapi di Eropa pada 1920-an, para dokter dan kimiawan Muslim seperti al-Kindi, Jabir Ibnu Hayyan serta Ibnu Sina telah mengembangkan metode pengobatan ini pada abad ke-7 M.

Aromaterapi merupakan istilah generik bagi salah satu jenis pengobatan alternatif yang menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap, dikenal sebagai minyak esensial, dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan. Aro materapi bertujuan un tuk mempengaruhi suasana hati atau ke sehatan seseorang, yang sering digabungkan dengan praktik pengobatan alternatif.

Sejatinya, peradaban manu sia telah menge nal aromaterapi sejak 6.000 ta hun silam. Namun, di tangan ki mia wan dan dokter Muslim di era kekhalifahan, teknologi pembuatan minyak esensial dan pengobatan dengan aromaterapi berkembang sangat pesat. Nabi Muhammad SAW yang hidup sekitar abad keenam dan ketujuh Masehi pun memiliki kecintaan terhadap aroma. Berdasarkan catatan sejarah, pada abad ke-7 M, para ahli kimia Arab berupaya men cari “saripati” dari tanaman. Pada abad ke-9 M, ahli kimia Muslim legendaris bernama Yakub al-Kindi (803-870 M) dalam bukunya bertajuk Perfume Chemistry and Dis tillation telah mampu men ciptakan bera gam jenis minyak esensial.

Kimiawan Muslim lainnya, yakni Jabir Ibnu Hayyan alias Geber juga telah mampu menciptakan teknologi penyulingan minyak esensial dari beragam tumbuhan dan bunga. Semua penemuannya itu dituliskannya dalam Summa Perfectionis. Dalam kitab itu, Jabir menjelaskan teknologi penyuling an ciptaannya dalam beberapa bab.

Sejarawan Sains Barat, Marlene Ericksen dalam karyanya bertajuk Healing with Aroma the rapy mengakui peradaban Islam sebagai pelopor dan perintis aromaterapi modern. Menurut Ericksen, penyulingan uap air pertama kali ditemukan dokter Muslim bernama Ibnu Sina (980 M-1037 M).

Ibnu Sina, papar Ericksen, telah menggunakan penyulingan uap air itu untuk membuat minyak esensial yang digunakan untuk mengobati pasiennya. Menurut dia, metode pengobatan ini kemudian dikenal sebagai aromaterapi. “Ibnu Sina pun dijuluki sebagai orang pertama yang memperkenalkan aromaterapi,” papar Ericksen.

Hal senada juga diungkapkan Stanley Finger dalam karyanya bertajuk Origins of Neuroscience: A History of Explorations Into Brain Function, bahwa penyu ling an uap air pertama kali ditemukan dokter Muslim bernama Ibnu Sina (980 M-1037 M).

Ibnu Sina juga dikenal sebagai orang pertama yang membuat sarana penyu lingan untuk minyak esensial. Dia menciptakan suatu sistem pipa melingkar, yang menghasilkan uap air tanaman dan uap pa nas menjadi dingin yang lebih efektif, sehingga konsentrasi essensial minyak dapat di ambil. Dalam karyanya yang sangat monumental, Al-Qanun fi’l Tibb atau Canon of Medicine, Ibnu Sina menjelaskan minyak esensial dan aromatik tumbuh-tumbuhan dapat digunakan secara ekstensif dalam praktik aromaterapi. Kitab Canon of Medicine juga merupakan salah satu dari ratusan buku kedokteran yang secara khusus membahas mengenai air mawar.

Menurut sejumlah sejarawan, Ibnu Sina telah berjasa dan berkontribusi besar dalam meletakkan dasar-dasar pengembangan proses kimia seperti penyaringan, penyulingan, sublimasi, dan proses pengapuran. Ia disebutsebut sebagai penemu prosedur penyulingan dari bunga menjadi minyak esensial. Salah satu bunga pertama yang disuling menjadi minyak adalah mawar.

Penyulingan uap yang ditemukan Ibnu Sina kemudian digunakan pada aromaterapi dan industri wangi-wangian. Penemuan uap penyulingan memberikan kontribusi yang signifikan untuk pengembangan wangiwangian. Teknologi distilasi uap yang ditemukan para ilmuwan Islam di era keemasan sangat mempengaruhi industri wangiwangian di Barat dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya kimia.

Pada abad ke-13 M, seorang dokter Muslim bernama al-Samarqandi juga mengembangkan pengobatan dengan wewangian atau aroma. Dalam risalah yang ditulisnya, ia membahas tentang aneka aromaterapi berupa mandi aromatik, bubuk aromaterapi, uap panas dengan wewangian dari aneka bunga-bunga. Al-Samarqandi melakukan terapi aroma untuk menyembuhkan infeksi telinga dan sinus.


Tata Cara Aromaterapi
Lalu bagaimana aromaterapi bekerja? Saraf penciuman (nervus Olfaktorius) adalah satu-satunya saluran yang terbuka menuju otak. Melalui saraf ini aroma tersebut akan mengalir ke bagian yang melingkari otak sehingga mampu memicu memori terpendam dan mempengaruhi tingkah laku emosional yang bersangkutan.

Ini bisa terjadi karena aroma tersebut menyentuh langsung pusat emosi dan kemudian bertugas menyeimbangkan kondisi emosional, ujar Michael Scholes. Penerapan terapi ini pun amat sederhana dan mudah. Beberapa cara bisa dipilih sesuai selera. Mereka yang tidak mau bersusah payah, cukup hanya dengan menghirup langsung aroma minyak murni melalui hidung.

Dengan begitu baunya terbawa ke saraf penciuman.Pengertian aroma atau bau ini memang sulit dipahami. Namun perilakunya amat spesifik dan berbeda dengan tipe stimulasi sensorik jenis lain. Yang jelas, bau atau aroma seperti halnya setiap sensasi kenikmatan, akan melepaskan zat seperti endorphins yang digunakan untuk memerangi stress, ujar Marcel Lavabre dalam karyanya Aromatherapy Workbook.

Para Peneliti membuktikan bahwa orang yang berada di lingkungan yang beraroma enak dan wangi mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. Dalam bukunya yang berjudul Secrets of Power Presentations (Rahasia Kekuatan Presentasi), Peter Urs Bender menjelaskan bahwa parfum juga memperkuat presentasi Anda.


Jenis-Jenis Tanaman untuk Aromaterapi

Penyair kondang Nizami Ganjavi (1141-1203 M) dan Mahammad Fuzuli (1495-1556 M) dalam karyanya mengupas kegunaan aromaterapi. Menurut keduanya, minyak bunga mawar bisa digunakan sebagai obat untuk sakit kepala dan antiseptik.

Mahammad Yusif Shirvani (abad ke-18 M) merekomendasikan sebuah salep dari jinten untuk luka karena pedang. Walaupun konsep antibiotik tidak diketahui pada saat itu, dokter Muslim telah menggunakan ointments dari jinten, madu dan bawang mentah sebagai antiseptik hangat.

Pinus
Adapula jenis-jenis tanaman yang bisa digunakan untuk aromaterapi, yakni pinus, mawar, lavender, melissa, dan lain-lain. Pine Needles, cabang pinus digunakan untuk mempersiapkan sebuah ekstraksi untuk mandi, dengan bahan yang digunakan untuk memperkuat sistem saraf. Minyak essensial dari pinus yang kental dengan sirup kemudian dikeringkan dan ditekan menjadi tablet.

Rosemary
Sedangkan, orang yang memiliki tekanan darah rendah disarankan untuk mandi dengan Rosemary. Hal ini diyakini bahwa tanaman wangi merangsang sirkulasi dan berfungsi sebagai tonik. Resep ini bahkan telah didokumentasikan. Berikut resepnya: Tuangkan empat gelas air mendidih ke dalam panci berisi lima sendok makan daun Rosemary. Lalu tutup dan biarkan selama 30 menit. Infusi strain yang hangat dan menambah air mandi yang hangat. Durasi yang optimal untuk suatu prosedur adalah setengah jam.

Lavender
Mandi dalam jamu-jamuan yang direbus lavender yang hebat dan antiefek penenang dan digunakan untuk neurasthenia dan tachycardia (denyut jantung cepat). Mandi dengan jamujamuan yg direbus marjoram baik untuk perut kembung dan memiliki efek diuretik.

Melissa
Melissa (balsem lemon) adalah jamu-jamuan yang direbus baik untuk penyakit jantung, bantuan dari tachycardia dan penurunan tekanan darah. Air mandi yang harus hangat, tetapi tidak panas.(rpb) www.suaramedia.com

Kitab Al-Hawi Karya Al-Razi Meresap Urologi

Al-Razi biasanya mengkaji sebuah penyakit dari keluhan, kemudian dilakukan analisa awal dan akhir, menjelaskan tanda-tanda yang diperlukan untuk diagnosa. (SuaraMedia News)

Al-Razi biasanya mengkaji sebuah penyakit dari keluhan, kemudian dilakukan analisa awal dan akhir, menjelaskan tanda-tanda yang diperlukan untuk diagnosa. (SuaraMedia News)
Al-Razi, Ibnu al-Jazzar, al-Zahrawi serta Ibnu Sina merupakan dokter-dokter Muslim legendaris yang lahir di era kekhalifahan. Nama dan buah pikir yang mereka sumbangkan bagi kemajuan peradaban manusia telah diakui masyarakat dunia dari zaman ke zaman. Kontribusi para dokter Muslim itu sangat besar pengaruhnya bagi dunia kedokteran modern.

Salah satu sumbangan yang diberikan keempat dokter Muslim bagi dunia kedokteran modern adalah dalam bidang urologi. Urologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang khusus menangani bedah ginjal dan saluran kemih serta alat reproduksi. Keempat dokter Muslim itu mengkaji dan membahas tentang urologi dalam buku kedokteran yang mereka tulis.

Prof Rabie E Abdel-Halim dalam tulisannya bertajuk Paediatric Urology 1000 Years Ago, mengungkapkan keberhasilan dunia kedokteran Muslim pada 1.000 tahun silam dalam bidang urologi. Keempat kitab kedokteran yang mengupas masalah urologi itu adalah; Kitab al-Hawi fi al-Tibb karya Al-Razi; Risala fi Siyasat as-Sibian wa-Tadbirihim, karya Ibnu al-Jazzar; Kitab at-Tasrif li-man 'Ajiza 'an at-Ta 'lif, karya Al-Zahrawi; dan Al-Qanun fi al-Tibb, karya Ibnu Sina.

Lalu bagaimana al-Razi mengupas urologi dalam kitabnya yang fenomenal al-Hawi fi al-Tibb?

Campbell DC dalam karyanya Arabian Medicine and Its Influence on the Middle Ages, mengungkapkan, kitab al-Hawi yang terdiri dari 23 volume merupakan karya Al-Razi dokter Muslim yang hidup di Baghdad pada 841-926 M. Campbell menyebut al-Hawi sebagai sebuah ensiklopedia kedokteran dan operasi. "Dan ini merupakan kontribusi utama al-Razi pada bidang kedokteran," tutur Campbell.

Dalam kitab itu, al-Razi mengkritik dunia kedokteran yang berkembang di Yunani dengan hasil pengamatannya yang sangat akurat. Ia telah mampu mengembangkan sebuah mode analisis yang di masa depan membentuk dasar penelitian ilmiah. Sejarawan kedokteran, Margotta R Cumston, karyanya An Illustrated History of Medicine, menyatakan, dokter-dokter Muslim di era keemasan Islam memiliki sejumlah kelebihan, yakni lebih teliti dan hati-hati dalam menganalisis, memiliki wawasan yang luas mengenai kedokteran Yunani serta mampu menggali bahan-bahan yang penting dan membuang bahan yang tak berguna.

Menurut Husain dan al-Okbey dalam karyanya Tibb ar-Razi Dirasa wa tahlil li-kitab al-Hawi,/ tidak seperti pendahulunya, al-Razi mengikuti skema asli dari metode pengklasifikasian penyakit menurut organ yang terpengaruh.

"Dalam hal ini, ia menunjukkan kemampuan yang tertinggi sebagai seorang dokter dengan presentasi berbagai kondisi ilmu penyakit,'' imbuh Campbel dan Meyerhof M dalam karyanya berjudul Thirty-Three Clinical Observations by Rhazes (circa 900 AD).

Al-Razi biasanya mengkaji sebuah penyakit dari keluhan, kemudian dilakukan analisa awal dan akhir, menjelaskan tanda-tanda yang diperlukan untuk diagnosa. Dalam bidang urologi, al-Razi sudah mampu mendeteksi gejala yang berat pada penyakit pinggang. Ia sudah berhasil membedakan secara tepat antara ginjal dan batu ginjal atau pembengkakan.

"Perbedaan antara penyakit ini adalah dengan peradangan, bercampur dengan demam, kekerasan dan polyuria dengan frekuensi, dengan halangan, oliguria dan air seni yang jelas dan dengan batu, air seni yang baik atau tidak dan dengan sedimentasi yang mengandung pasir,'' papar al-Razi dalam kitabnya tersebut.

Desnos E dalam karyanya The History of Urology up to the Latter Half of the Nineteenth Century menjelaskan, meskipun Rufus of Ephesus telah membedakan antara vesical dan ginjal haematuria, al-Razi, juga yang memberi alasan physio-anatomis untuk perbedaan ini.

"Tiba-tiba haematuria dalam kaitan dengan pecahnya pembuluh ginjal seperti ini bukan kasus dalam kandung kemih. Ini tidak untuk pembuluh vesical memecahkan banyak darah yang datang ke situ terjadi pada ginjal. Dan ini adalah karena darah tidak disaring pada pembuluh dari kandung kemih, karena itu terjadi di pembuluh ginjal,'' ungkap al-Razi.

''Tetapi jumlah darah yang datang ke kandung kemih hanya cukup untuk gizi, sedangkan di ginjal, karena darah yang disaring di dalamnya dan kemudian pembuluh darah membesar dan banyak darah datang ke sana, jauh lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk nutrisi. Juga pada pembuluh di kandung kemih tidak dekat dengan interior dan tidak didukung dengan pembuluh yang masuk ke dalam ginjal," jelas Al-Razi.

Al-Razi juga membedakan antara ginjal haematuria berkaitan dengan pemecahan pembuluh dan itu berkaitan dengan kongesti dengan peningkatan permeabilitas. Dalam bab tentang "menghentikan air seni," al-Razi berbeda pendapat dengan pendahulunya Celsus yang menulis di awal era Kristen, dan Paulus of Egina (625-690 M), keduanya hanya menyebutkan untuk penyimpanan air seni.

Al-Razi membedakan antara penyimpanan dan anuria. Ia menyebutkan bahwa air seni berhenti karena kekurangan ginjal dan tanda pemberhentian dari air seni ini. Selain itu, tidak ada rasa sakit berat di bagian belakang dan bukan di pinggang, saluran kencing dan kandung kemih.

Rasa sakit di daerah pinggang, tutur dia, terjadi akibat kekosongan pada kandung kemih. Tetapi jika ia menjadi batu, tanda-tanda dari batu akan muncul sebelum itu. Dan jika ia menjadi bengkak panas, dengan rasa sakit ada beberapa denyut. Dan jika ia menjadi penyakit di ginjal kemudian itu hanya kekakuan.

Menurut al-Razi, jika terjadi pembengkakan yang kuat, maka air seni tidak berhenti tiba-tiba, namun secara bertahap dan hanya dengan kekakuan. Dan jika akan pembekuan darah atau nanah, maka itu akan diawali oleh maag.

"Dan jika air seni dihentikan karena air seni petikan dari ginjal, kandung kemih akan kosong dan sakit di sepanjang saluran kencingnya itu karena ada penusukan dan penyulaman dan merupakan sakit yang berkelanjutan setelah itu, menggunakan kriteria sebelumnya dalam ginjal," papar Al-Razi.

Dengan gaya yang sama, ia membahas pengamatan klinis tentang penyimpanan. Menurut Husain dan Al-Okbey, al-Razi membedakan dengan presisi hebat antara ginjal vesical atau rasa sakit vesical dan sakit yang berkaitan dengan radang usus besar.

Dia juga unggul dalam membedakan antara batu dormant dan pergerakannya, yang menggambarkan lokasi yang tepat selanjutnya. Radbill menyatakan bahwa al-Razi adalah orang yang pertama yang menjelaskan spina bifida. Al-Razi merupakan dokter pertama yang menggunakan enemas sebagai persiapan untuk operasi.

Ia juga tercatat sebagai dokter pertama yang berhasil menghancurkan batu besar dengan menggunakan gapit batu. Selain itu, al-Razi juga ditabalkan sebagai dokter pertama yang pertama kali menjelaskan Meatotomi.

Kitab Rujukan Urologi Karya Dokter Muslim

Risala fi Siyasat as-Sibian wa-Tadbirihim
Kitab ini merupakan karya Ibnu al-Jazzar atau al-Gizar (895-980 M). Kitab Siyasat as-Sibian wa-Tadbirihim, terdiri dari 22 bab. Buku kedokteran ini dianggap sebagai lanjutan dari perbedaan pediatri dari penyakit lain. Dalam satu bab khusus, kitab karya al-Jazzar ini membahas batu yang terdapat pada kandung kemih, termasuk aetiology, kejadian jenis kelamin, gejala dan tanda-tanda.


At-Tasrif li-Man 'Ajiza 'an al-Ta'lif
Kitab karya al-Zahrawi (930-1013 M) itu disebut Abouleish E dalam karyanya Contributions of Islam to Medicine Kitab at-Tasrif li-man 'ajiza' 'an at-Ta'lif sebagai karya terbesarnya dalam bidang pengobatan. Buku kedokteran yang terdiri dari 30 volume itu lebih cocok disebut sebagai ensiklopedia kedokteran dan operasi.

"Al-Zahrawi menjelaskan semua pengetahuan operasi sepanjang hidupnya dalam kitab sebanyak 30 jilid mengenai ensiklopedia kedokteran yang besar," imbuh Spink MS dalam Albucasis on Surgery and Instruments.

Sejumlah sejarawan telah menjelaskan jilid ini sebagai buku kedokteran pertama yang pertama memberikan penjelasan pengobatan lengkap yang rasional disertai ilustrasi, dan berbagai prosedur operasi dan instrumen.

Pada bidang urologi, al-Zahrawi telah menemukan sebuah peralatan pengeboran untuk sebuah lubang pada batu urethal yang berbentuk seperti bor bernama Al-Michaab. Alat ini terbuat dari baja, dapat dianggap sebagai dasar lithotripsy. Al-Zahrawi juga merancang gunting khusus yang disebut Kalalib , yang digunakan menghancurkan vesical batu besar melalui perineal cystotomy.

Al-Qanun fi al-Tibb
Cumston menjelaskan Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037 M) dalam bidang urologi pada dasarnya mengikuti metode atau analisis al-Razi. Menurut Desnos, klasifikasi penyakit ginjal dan kandung kemih telah dijelaskan Ibnu Sina dalam Al-Qanun.

Gejala Batu Ginjal

Menurut Ibnu Sina, seseorang yang menderita batu ginjal akan merasakan rasa sakit. Rasa sakit akan tambah memburuk ketika batu mulai terbentuk atau saat batu itu turun menuju ke kandung kemih. Penderita batu ginjal, kata kedua dokter Muslim legendaris itu, akan merasakan betapa beratnya panggul mereka.

Ibnu Sina telah mampu membuat perbedaan yang jelas antara batu ginjal dan batu kandung kemih. Para dokter Muslim di zaman memang terbilang fenomenal. Saat dunia barat dikungkung kegelapan, mereka telah menguasai perbedaan beragam penyakit. Mereka telah mampu menjelaskan perbedaan diagnosis antara sakit usus dan sakit ginjal. Penjelasan yang dibuat seribu tahun lalu itu ternyata tak berbeda dengan apa yang diajarkan di sekolah kedokteran saat ini.(rpb) www.suaramedia.com
Comments