Minggu, 28 Desember 2008

MELURUSKAN PEMAHAMAN THIBBUN NABAWY

Bismillahirrahmannirrahim,
Beranda ini milik seorang blogger bernama pena Alchemist. Bukan hanya terinspirasi dari sebuah novel berjudul the Alchemist karya Paulo Coelho, namun juga pemilik blog ini memang seorang Chemist yg
bekerja di salah satu laboratorium pemerintah yang membidangi tentang toksikologi dan biomonitoring. Pernah menjadi trainer thibbun nabawy yang kemudian juga pernah menjadi anggota dari tim konsultan medis di sebuah perusahaan herba.

Ide penulisan blog ini berawal dari berawal dari rasa cinta saya dengan dunia herba dan ilmu pengobatan nabi. Namun dalam perjalanannya saya menemukan banyak pertanyaan yang tidak terjawab tentang korelasi thibbun nabawy dan kedokteran modern.  Ditambah dengan munculnya sejumlah isu isu tentang kesehatan  yang menurut saya adalah aneh dan dinilai kurang logis.

Kemudian saya melakukan “hibernasi” dari dunia per thibbun nabawy –an hampir selama dua tahun lamanya, Dalam proses “ hibernasi “ ini lah pada akhirnya saya justru mendapatkan berbagai pencerahan baru.
Dimulai dari ketika tiba tiba saya menemukan tulisan dari MUI tentang aktivis antivaksin yang salah mengutip dalil, pada akhirnya kata kunci “ salah mengutip dalil “ ini menjadi pembuka dari semua pertanyaan pertanyaan berikutnya yang ada dalam benak saya.

Kemudian saya mengumpulkan pendapat dari beberapa aktivis thibbun nabawy yang memang berlatar belakang medis mengenai isu isu yang ada di seputar aktivis thibbun nabawy terutama tentang vaksin.  Yang pada akhirnya saya menemukan kesimpulan bahwa tidak semua aktivis thibbun nabawy itu memiliki pandangan yang sama..khusus mengenai vaksin terjadi pro kontra yang sangat mendasar dan anehnya ketika saya lontarkan pertanyaan yang lebih spesifik, dokter dokter yang anti terhadap vaksin cenderung menghindar dari pertanyaan pertanyaan saya.

Seorang teman pada akhirnya mencemplungkan saya di grup bernama GESAMUN (Gerakan Sadar Imunisasi) . Hampir setahun saya mengikuti perdebatan prokontra diantara anggota anggotanya. Dan pada akhirnya saya menemukan berbagai kesimpulan kesimpulan baru. Bahwa ternyata memang banyak sekali cara pandang aktivis thibbun nabawy yang juga rata rata anti terhadap vaksin, yang harus dibenahi. 

Dengan berbekal bismillahirrahmanirrahim...saya mencoba untuk merekonstruksi ulang cara pandang saya terhadap thibbun nabawy dan mencoba untuk kembali membangun pemikiran pemikiran tentang thibbun nabawy dengan pemahaman yang lebih logis dan memiliki hujjah yang jelas.

Prinsip saya adalah, " KITA TIDAK AKAN PERNAH MENGETAHUI KESALAHAN DARI GURU KITA SEBELUM KITA BELAJAR DARI GURU GURU YANG LAIN "

  • Rekonstruksi pertama adalah dengan merombak cara pikir tentang ilmu ilmu HOAX yang sering beredar dikalangan aktivis thibbun nabawy dan mencoba menemukan kebenaran dari isu isu tersebut.
  • Rekonstruksi kedua adalah mencoba mempelajari ilmu vaksin ditinjau dari sisi syariat, sejarah, manfaat sampai cara kerjanya didalam tubuh.
  • Rekonstruksi ketiga adalah meluruskan kesalah pahaman aktivis thibbun nabawy tentang dunia herba dan pengobatan
  • Rekonstruksi yang terkahir adalah menata ulang pemahaman yang salah tentang thibbun nabawy dan membawa thibbun nabawy dalam jalur berfikir yang lebih logis. Disini saya mempelajari tentang sejarah dan korelasi perkembangan ilmu pengobatan dari jaman dulu sampai jaman sekarang.
Dari pencarian itu saya mendapatkan kesimpulan bahwa Thibbun nabawy sebetulnya hanyalah bagian kecil dari rangkaian sejarah ilmu kedokteran klasik yang pernah berkembang selama dua milenium lamanya. Disebut at thibbun nabawy adalah karena Rasulullah menyebutnya didalam hadits. Namun bukan berarti itu harus menjadi bagian daripada syariat. Karena tidak ada satu nash pun yang menyatakan Rasulullah melarang perkembangan ilmu kedokteran modern apalagi yang berasal dari yunani dan romawi. Bahkan hadits hadits Rasul pun banyak memiliki kemiripan dengan ilmu kedokteran klasik. Dan sepanjang  yang saya paham, bahkan sahabat Rasul tidak memakzulkan beliau sebagai ahli dalam bidang pengobatan.

Hisyam bin Urwah menceritakan dari ayahnya yang berkata,
“Sungguh aku telah bertemu dengan Aisyah, maka aku tidak mendapatkan seorangpun yang lebih pintar darinya tentang Al Qur’an, hal-hal yang fardhu, sunnah, sya’ir, yang paling banyak meriwayatkan, sejarah Arab, ilmu nasab, ilmu ini, ilmu itu dan ilmu qhadi dan ilmu kedokteran, maka aku bertanya kepada beliau, “Wahai bibi, kepada siapa anda belajar tentang ilmu kedokteran?” Maka beliau menjawab, “Tatkala aku sakit, maka aku perhatikan gejala-gejalanya dan aku mendengar dari orang-orang menceritakan perihal sakitnya, kemudian aku menghafalnya.” ( Hilyatul Auliya’ 2/49)

Suatu saat Hisyam bin Urwah berkata kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha,
 “Wahai ibu (ummul mukminin), saya tidak heran/takjub engkau pintar ilmu fiqh karena engkau adalah Istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan anak Abu Bakar. Saya juga tidak heran/takjub engkau ointar ilmu Sya’ir dan sejarah manusia (Arab) karena engkau adalah anak Abu Bakar dan Abu bakar adalah manusia yang paling pandai (mengenai sya’ir dan sejarah Arab). Akan tetapi saya heran/takjub engkau pintar ilmu kedokteran, bagaimana dan darimana engkau mempelajarinya?
Kemudian ia memegang kedua pundakku dan berkata,
Setiap utusan kabilah yang datang dari berbagai penjuru yang datang untuk mengobati sakit Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada akhir hayatnya, maka aku mengamati/pelajari dari mereka dan aku mengobati dengan ilmu dari sana.” (Hilyatul Auliya’ 2/50)

Wal hasil mudah mudahan dari berbagai tulisan yang saya tulis dan saya kumpulkan ini mudah mudahan menjadi pencerahan bagi kita semua agar lebih kritis dalam menyikapi semua informasi yang masuk.

saran dan kritik silahkan email ke alchemist.isra@gmail.com

Wassalamu'alaikum wr. wb

1 komentar:

Anonim mengatakan...

subhanallahul kariiim...